REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano meminta masyarakat untuk selalu mewaspadai potensi gempa di wilayah utara deretan kepulauan Flores, Lombok, dan Bali yang selama ini luput dari perhatian. Dua kali gempa yang mengguncang wilayah Lombok bagian utara, yakni pada 29 Juli dan 5 Agustus membawa pesan penting akan potensi gempa di wilayah utara.
Menurut Irwan, saat gempa bermagnitudo 6,4 mengguncang Lombok pada 29 Juli lalu, menguat dugaan kalau saat itu bukan gempa utama. "Saat gempa itu terjadi, kita sempat agak khawatir bahwa gempa itu bukan potensi sesungguhnya dari Lombok-Flores back-arc thrust," kata Irwan kepada Republika.co.id, Ahad (5/8) malam.
Gempa Lombok pada Ahad kemarin diistilahkan sebagai back-arc thrust (sesar naik busur belakang) karena bersumber dari wilayah utara Nusa Tenggara, bukan di selatan pulau yang merupakan zona tumbukan (subduksi) lempeng benua Australia dan Asia. Gempa di utara Lombok ini berasal dari pergerakan sesar atau patahan naik Flores-Lombok. "Semula kita berharap gempa 6,4 SR pada Juli lalu itu yang terakhir, tapi ternyata belum dan itu terjadi kemarin. Yang kita khawatirkan itu terjadi," kata Irwan.
Irwan menduga gempa Lombok ini berskala lokal, yang bisa bermula dari Bali, Lombok, Flores, dan seterusnya. Beberapa riset yang dia lakukan, kata Irwan, justru menunjukkan potensi gempa di wilayah utara ini lebih aktif. Hal ini menjadi pembelajaran penting bagi warga yang tinggal di wilayah utara karena lokasi pusat gempa berada lebih dekat dengan daratan.
Misalkan, ungkapnya, ketika pusat gempa terjadi di wilayah selatan pulau, jarak dari sumber gempa ke pulau Lombok atau Flores atau Bali berada kira-kira 200 kilometer. Namun, bila pusat gempa berada di utara, jarak ke pulau bisa 10 kilometer atau kurang. "Atau saya malah menduga bidang gempanya masuk ke daratan," kata Irwan.
Hal ini karena gempa bukan berasal dari satu titik. Awal gempa memang dari satu titik, tapi gempa sebenarnya adalah sebuah bidang yang sebagian berada di laut yang bisa memunculkan tsunami, atau sebagian lagi masuk ke daratan sehingga berdampak guncangan lebih besar.
"Pembelajarannya bahwa ada sumber gempa di utara itu tidak hanya di Lombok, di Flores pun ada, di Bali pun ada potensinya. Pesan pentingnya bahwa kita harus hati-hati. Kewaspadaan harus kita tingkatkan," kata Irwan. Oleh karena itu, pembangunan gedung dan perumahan di wilayah utara Lombok, Flores hingga Bali harus memperhitungkan potensi gempa yang mungkin terjadi.
Gempa berkekuatan 7,0 skala Richter mengguncang wilayah utara Lombok pada Ahad (5/8) malam. Gempa yang sempat menimbulkan tsunami ini merusak ribuan rumah dan sarana infrastruktur lainnya. Hingga Senin siang, sebanyak 91 warga dilaporkan meninggal akibat gempa.
Hingga Senin malam, gempa susulan masih terjadi dengan skala yang lebih kecil dibanding pada Ahad malam. Pada Senin pukul 22.50, BMKG mencatat gempa berkekuatan 5,4 SR yang berpusat pada 23 km barat laut Mataram, NTB, dengan kedalaman 10 km.