REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam pertama kali masuk ke Inggris pada abad ke-18. Masuknya Islam ke Inggris berkat seorang lascars (pelaut) yang direkrut dari Benua India. Lebih tepatnya wilayah Bengal. Ia bekerja untuk British East India Company.
Michael Herbert Fisher dalam jurnalnya yang berjudul Counterflows to Colonialism menjelaskan, karena sebagian besar yang membawa agama Islam berprofesi sebagai pelaut maka komunitas awal Muslim paling awal ditemukan di kota-kota pelabuhan.
Salah satu imigran awal Muslim Asia yang paling terkenal adalah Sake Bengali Dean Mahomet. Ia adalah seorang kapten dari British East India Company, yang pada 1810 mendirikan restoran India pertama di London. Ia juga terkenal karena memperkenalkan sampo dan terapi pijat ke Inggris.
Saat ini, inggris adalah rumah yang nyaman bagi 2,7 juta Muslim. Total populasi yang muncul dalam sensus 2011 ini meningkat hampir satu juta dari sensus sebelumnya.
Pelabuhan di Inggris/Ilustrasi.
Menariknya, seperti diungkap dalam Sensus Agama Nasional tahun 2011, komunitas Muslim di negara dengan Ibu Kota London itu, lima persen dari jumlah tersebut dari usia dewasa sedangkan 9,1 persen anak-anak di bawah usia lima tahun.
Sebagian besar Muslim bermukim di Bradford, Luton, Blackburn, Birmingham, London, dan Dewsbury. Selain itu, populasi Muslim juga dapat ditemui di High Wycombe, Slough, Leicester, Derby, Manchester, Liverpool, dan kota-kota pabrik dari Northern England.
Kelompok terbesar Muslim di Inggris dan Wales adalah keturunan Pakistan. Pakistan dari Mirpur District adalah salah satu komunitas Muslim pertama yang secara permanen menetap di Inggris, tiba di Birmingham dan Bradford pada akhir 1930-an.
Orang dari ekstraksi Pakistan sangat penting di West Midlands (Birmingham), West Yorkshire (Bradford), London (Waltham Forest, Newham), Lancashire/Greater Manchester, dan beberapa kota industri seperti Luton, Slough, High Wycombe, dan Oxford.
Diskusi terkait identitas Inggris dan masa depan multikulturalisme masih terus berlangsung hingga kini di negara yang dipimpin oleh Perdana Menteri David Cameron itu.
Muslim inggris dalam seuah peretemuan.
Ada ketidaksepakatan antara peran Islam dan agama-agama lain dalam kehidupan publik, dan sejauh mana Inggris sekarang dapat digambarkan sebagai masyarakat sekuler.
Di Inggris sempat terjadi kerusuhan ras pada 1958 dan 1981. Kerusuhan ini juga dikenal dengan nama Rivers of Blood. Salman Rushdie menyebutkan, peristiwa tersebut merupakan evolusi hubungan ras di Inggris.
Akibat peristiwa ini, Inggris mengadakan diskusi untuk membahas nasib multikultularisme di negara dengan total populasi penduduk sebanyak 53 jiwa itu. Diskusi ini membahas nasib penduduk mayoritas dan minoritas.
Sampai 2008, Inggris memiliki 'hukum penghujatan' atau blasphemy law yang telah berumur ratusan tahun. Hukum ini bertujuan untuk melindungi ajaran dan keyakinan dari Gereja Inggris.
Para Muslimah di London, Inggris.
Keberadaan undang-undang ini mendapat kritikan dari berbagai pihak. Pemimpin Muslim meminta agar hukum ini mengatur perlindungan bagi semua agama dan bukan hanya satu agama saja.
Sedangkan kelompok lain, seperti Masyarakat Sekuler Nasional, berpendapat bahwa hukum harus dihapuskan sama sekali. Pada Mei 2008, undang-undang ini diganti dengan Undang-Undang Parlemen.
Masjid
Penghapusan undang-undang tersebut, sedikit banyak berimbas positif bagi atmosfer kehidupan beragama di negara yang menganut sistem pemerintahan monarki konstitusional itu.
Terdapat lebih dari 500 masjid di Inggris yang terdaftar secara resmi. Masjid ini memberikan manfaat pajak dan memiliki pengakuan untuk menyelanggarakan upacara pernikahan Islam. Keberadaan masjid yang tidak terdaftar pun ada, namun jumlahnya tidak dapat dipastikan. Terkait proses pemakaman umat Islam, juga disediakan pemakaman umum bagi umat Islam.
Masjid di Dixon Street, Lincolnshire, Inggris baru saja dibuka.
Kendati demikian, praktik kebebasan beragama di Inggris masih menyisakan sejumlah persoalan krusial. Soal penggunaan jilbab di sekolah misalnya. Negara menegaskan pelarangan jilbab di sekolah adalah bentuk diskriminasi.
Namun, pada 2004, sebuah pengadilan tinggi di Luton tidak menanggapi keluhan dari seorang gadis Muslim yang tidak diizinkan bersekolah dengan mengenakan jilbab dan seragam panjang.
Dilansir dari bbc.co.uk, pada 2006, mantan menteri luar negeri Jack Straw MP memicu kontroversi di Inggris dengan mengatakan bahwa perempuan yang mengenakan cadar dapat menciptakan hubungan yang lebih keras di masyarakat.
Persoalan lain tentu adalah adanya sentimen anti-Muslim atau Islamofobia. Pada 1997 laporan utama Runnymede Trust oleh Universitas St John pada 2005 itu menyebutkan, remaja Inggris semakin cenderung terus negatif terhadap Muslim.
Gejala ini pun menjadi perhatian segenap pihak. Mereka mendirikan lembaga-lembaga dan organisasi yang memberikan advokasi dan berbagai program-program pendampingan, termasuk mengawal agenda kampanye citra positif Islam.
The Muslim Council of Britain (MCB) adalah organisasi perwakilan utama bagi umat Islam di Inggris, dengan jaringan sedikitnya 380 organisasi yang lebih kecil.
Menurut euro-islam.info, organisasi ini didirikan pada 1997 setelah pertemuan dengan sejumlah organisasi Muslim dan asosiasi atau sekitar 70 persen Muslim di Inggris.
Mereka meliputi organisasi nasional, regional, dan lokal yang diatur dalam zona geografis. Selain itu, juga terdapat Forum Against Islamophobia dan Rasisme (FAIR) yang didirikan setelah Serangan WTC 11 September. Organisasi ini bergerak di bidang lobi dan penelitian.
Muslim Komite Urusan Publik (MPAC) bekerja untuk memberdayakan umat Islam di tingkat akar rumput. Pusat Kebudayaan Islam, termasuk Masjid Central London, didirikan pada 1944 dan memiliki dewan pengawas Muslim terkemuka baik secara lokal maupun internasional.