REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Salah satu adegan epik dalam film Mission: Impossible–Fallout yang sedang tayang di bioskop adalah saat Tom Cruise terjun bebas dari pesawat yang melaju. Aksi yang dilakukan pemeran tokoh Ethan Hunt itu disebut lompatan high-altitude, low-open (HALO).
Butuh waktu setahun mempersiapkan Cruise melakoni lompatan itu. Selain perlu peralatan khusus, ada terowongan angin yang dibangun untuk Cruise berlatih. Dia pun harus melompat lebih dari 106 kali agar mendapatkan gambar terbaik untuk film.
Meski sukses membuat penonton menahan napas saat menyimaknya, ternyata rencana melakukan lompatan HALO hampir gagal dilakukan. Koordinator skydiving film, Allan Hewitt, mengatakan alasannya datang dari pihak Angkatan Udara Kerajaan Inggris (RAF).
Karena produksi film berlangsung di Inggris, pengambilan adegan lompatan HALO tentunya perlu melibatkan pesawat dan kru angkatan udara negara tersebut. Namun, RAF atau Royal Air Force menolak menerbangkan tim Fallout dari ketinggian yang dibutuhkan.
Mereka hanya memperbolehkan Cruise melompat dari pesawat terbang yang ada di ketinggian 12 ribu kaki. Sementara, lompatan HALO yang asli seharusnya ada di ketinggian ekstrem, yaitu sekitar 25 ribu kaki atau 7.620 meter.
"Tom tidak mau memalsukan lompatan itu, dia mau melakukannya sungguhan di ketinggian 25 ribu kaki. Tapi produser kami tidak mau pindah ke negara lain dan sepertinya keinginan RAF harus dipenuhi," kata Hewitt.
Akan tetapi, semua berubah ketika pergelangan kaki Cruise patah saat melakukan salah satu aksi laga dalam film. Karena produksi terhenti, jadwal melompat bersama RAF terlewatkan dan tim setuju lompatan HALO tetap dilakukan sungguhan di negara lain.
Pada akhirnya, proses pengambilan gambar berlangsung di Abu Dhabi, di mana Cruise diizinkan melompat dari ketinggian 25 ribu kaki. Menurut Hewitt, insiden kaki patah yang dialami Cruise membawa hal baik yang terselubung, dikutip dari laman Business Insider.