REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengakui proses distribusi bantuan terhadap gempa Lombok belum dilakukan secara menyeluruh. Hal ini tak lepas dari model gempa bumi yang merupakan bencana yang secara tiba-tiba terjadi.
Sedangkan sumber daya daerah memiliki keterbatasan. Meski begitu, proses penanganan darurat bencana terus akan dilakukan kepada seluruh warga terdampak.
"Kami harus meyakinkan bahwa kebutuhan logistik seperti sanitasi, makanan, air bersih, dan lainnya terus dilakukan, memang harus diakui belum tercover 100 persen karena kita tahu ini bencana yang sangat tiba-tiba," ujarnya di Lombok Utara, NTB, Selasa (7/8).
Dia menjelaskan, proses pendataan warga terdampak dan lokasi pengungsi terus diperbaharui guna memudahkan koordinasi penanganan. Ia menyampaikan, sejumlah dukungan bantuan juga mulai berdatangan, baik dari sejumlah kementerian, TNI, Polri, maupun daerah lain seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali.
Baca: Korban Meninggal Gempa Lombok Bertambah Menjadi 108 Orang
"Sudah pada bergerak semua, bantuan sudah berdatangan dari masyarakat, dunia usaha, dan provinsi lain, Jatim kirim dapur lapangan, Jateng personel ahli dirikan tenda, Bali juga," ucapnya.
Dia menambahkan, sejauh ini baru ada empat dapur lapangan yang tentu masih kurang dan akan terus diperbanyak dalam beberapa hari mendatang. Sambil menunggu pendirian dapur lapangan, tim penanganan juga terus mengirimkan makanan siap saji kepada korban gempa, baik yang berada di posko pengungsian maupun tenda darurat yang dibuat warga di sekitar rumahnya.
Soal kelistrikan, PLN, ucap Willem, menyebutkan masih ada beberapa tempat yang masih padam."Menurut PLN dalam dua-tiga hari semua akan hidup kembali," ungkap dia.
Begitu juga, menurut dia, dengan jaringan komunikasi yang sempat terganggu saat gempa. Willem menyampaikan, Kementerian Kominfo telah mengirim sejumlah alat komunikasi untuk memulihkan jaringan.