REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Crazy Rich Asians siap tayang di bioskop Amerika Serikat pada 15 Agustus. Sebelum siap tayang, persiapan produksi cukup rumit, termasuk perebutan dua rumah besar untuk membuat film tersebut.
Film yang diangkat dari novel berjudul sama karya Kevin Kwan terbit tahun 2013 dan tiga tahun kemudian kesepakatan produksi datang dari dua rumah besar Warner Bros atau Netflix Studio. Tawaran layanan streaming itu sangat menggiurkan.
Netflix menawarkan kebebasan artistik lengkap, trilogi terjamin, dan pembayaran minimum tujuh digit untuk para investornya. Warner Bros tidak membuat tawaran balik dan membuat Kwan bingung memutuskan.
Namun, dengan dukungan sepenuh hati dari rekan-rekannya yang memproduksi dan sutradara Jon M. Chu, dia memutuskan memilih Warner Bros. Rumah produksi tersebut berjanji untuk membebaskannya berekspresi secara teatrikal.
"Aku bisa merasakan setiap pengacara menelepon, menggelengkan kepala mereka: 'Ugh, para idealis bodoh ini.' Di sini, kami sebenarnya memiliki kesempatan untuk meraup untung raksasa secara instan," kata Kwan, dikutip dari E!News, Rabu (8/8).
Sutradara Chu menjelaskan, keputusan menerima tawaran Warner Bros karena alasan pengembangan sinematik yang lebih tradisional. Bukan konsep yang membuat penonton hanya melihat film di depan televisi.
"Jon dan saya sama-sama merasakan tujuan ini. Kami membutuhkan ini untuk menjadi pengalaman sinematik konvensional, bukan untuk para penggemar duduk di depan TV dan hanya tekan tombol," kata Chu.