REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Sebuah akun Twitter pro pemerintah Saudi, Infographic KSA, pada Senin (6/8) mengunggah sebuah gambar yang telah diedit. Gambar itu memperlihatkan sebuah pesawat terbang akan menghantam CN Tower seperti serangan 9/11. CN tower merupakan ikon Kanada.
Seperti dilansir the Guardian, Rabu (8/8), gambar itu diunggah beberapa jam setelah Riyadh mengumumkan mengusir duta besar Kanada dan menghentikan perdagangan baru serta investasi dengan Ottawa.
Dalam perkembangan terbaru, kelompok itu telah meminta maaf atas gambar tersebut. Akun yang telah dihapus itu memiliki lebih dari 350 ribu pengikut.
Di antara beberapa pengikutnya adalah tokoh diplomatik Saudi. Akun itu dijalankan oleh sukarelawan dan dikelola oleh pemuda Saudi yang hobi pada teknologi dan media sosial.
Baca juga, Arab Saudi Bekukan Aktivitas Perdagangan dengan Kanada.
Gambar itu, yang menunjukkan sebuah pesawat Air Canada mengarah ke CN tower. Ini menimbulkan kecaman dari para pengguna media sosial. Beberapa orang melihat gambar itu sebagai referensi terselubung serangan 9/11 di AS, di mana 2.996 orang tewas.
Foto itu dikicaukan ulang ratusan kali sebelum Infographic KSA menghapusnya dan meminta maaf. "Pesawat itu dimaksudkan untuk melambangkan kembalinya duta besar. Kami menyadari ini tidak jelas dan arti lainnya tidak disengaja," kata organisasi itu dalam tweet berikutnya
Segera setelah itu, kementerian media Saudi mengatakan telah menutup akun itu di tengah penyelidikan atas pengaduannya.
Unggahan itu muncul saat perselisihan antara Saudi dan Kanada semakin meningkat. Ketegangan dimulai ketika Global Affairs Canada menyatakan keprihatinan serius atas pemenjaraan aktivis hak asasi manusia di Arab Saudi.
Riyadh mengecam sikap Kanada dengan menyebutkan campur tangan dalam urusan domestik Kerajaan dan melanggar norma-norma dasar internasional. Analis menggambarkan tindakan Arab Saudi sebagai pesan yang lebih luas bagi dunia dan upaya untuk membatasi batas-batas reformasi yang diajukan oleh putra mahkota Mohammed bin Salman.
Pada Senin, menteri luar negeri Kanada, Chrystia Freeland, mengatakan pemerintahnya tidak akan mundur. "Saya akan mengatakan Kanada sangat nyaman dengan posisi kami. Kami akan selalu berbicara tentang hak asasi manusia, kami selalu akan berbicara tentang hak-hak perempuan, dan itu tidak akan berubah," tambahnya.