REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai dipilihnya Ma'ruf Amin sebagai cawapres pendamping Joko Widodo (Jokowi) untuk menghilangkan citra anti-Islam yang melekat pada diri mantan wali kota Surakarta itu. Menurutnya, Ma'ruf yang merupakan Rais Aam PBNU, ormas Islam terbesar kedua, menjadi modal bagi Jokowi untuk menangkal isu-isu agama.
"Jokowi menganggap Ma'ruf Amin memiliki basis massa NU yang kuat dan bisa menghilangkan citra Jokowi yang terkesan anti Islam," ujar dia kepada Republika.co.id, Kamis (9/8).
Selain itu Ubedilah juga mengatakan Ma'ruf juga tidak akan menjadi ancaman bagi PDIP pada Pemilu 2024. Namun, menurut Ubedilah kelompok oposisi yang saat ini masih menggodok kandidatnya masih berpeluang menang jika memunculkan tokoh muda berpengalaman dan memiliki basis masa yang jelas.
Baca juga: Jokowi: KH Ma'ruf Amin Dampingi Saya Sebagai Cawapres
Profil KH Ma'ruf Amin
Jokowi resmi mendeklarasikan diri sebagai calon presiden di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Dalam kesempatan itu, Jokowi juga memutuskan KH Ma'ruf Amin sebagai cawapres yang akan mendampinginya. Keputusan dirinya kembali maju setelah mendengar masukan dari ulama, ketua umum parpol, relawan, dan masyarakat luas.
"Maka, dengan mengucap bismillah saya memutuskan kembali mencalonkan diri sebagai calon presiden," ujarnya, di Jakarta Pusat, Kamis (9/8).
Jokowi melanjutkan, setelah melalui perenungan dan mendengar masukan dan saran dari elemen masyarakat, capres pejawat itu memutuskan jika KH Ma'ruf Amin dipilih sebagai cawapres. "Maka, saya memutuskan dan mendapat persetujuan dari parpol, yang akan mendampingi saya sebagai calon wakil presiden (cawapres) adalah KH Ma'ruf Amin," ucapnya.
Baca juga Ma'ruf Amin Jadi Cawapres, Jokowi: Kami Saling Melengkapi