REPUBLIKA.CO.ID, GOMA -- Empat orang dilaporkan positif terjangkit virus Ebola di kawasan timur Republik Demokratik Kongo. Menurut Kementerian Kesehatan setempat pada Jumat (10/8), empat orang tersebut merupakan penderita terbaru ebola.
Kasus terbaru ini terjadi di dekat kota Mangina di Provinsi North Kivu. "Membuat total warga yang terjangkit menjadi 21 orang," kata Kementerian Kesehatan dalam siaran tertulis.
Dua orang tambahan, satu di dekat Mangina dan satu lagi di kota Beni, tewas akibat Ebola. Secara keseluruhan, sudah 38 orang kehilangan nyawa akibat demam yang disertai pendarahan, yang merupakan gejala utama Ebola, meski ada beberapa kasus kematian yang belum dipastikan penyebabnya.
Otoritas setempat pada pekan ini mulai memvaksin para petugas kesehatan dan orang-orang yang diketahui menjalin kontak dengan korban virus Ebola. Vaksin bikinan Merck itu terbukti ampuh dalam menghentikan wabah di kawasan barat Kongo pada bulan lalu.
Otoritas kesehatan juga siap menggunakan metode perawatan eksperimental yang dikenal dengan sebutan mAB114 bagi pasen Ebola untuk pertama kalinya, kata Steve Ahuka, seorang pakar kevirusan dari National Institute for Biomedical Research (INRB) di Kinshasa kepada Reuters.
Tipe perawatan itu dikembangkan di Amerika Serikat dengan memanfaatkan sejumlah antibodi bagi para penyintas wabah Ebola di kota Kikwit, Kongo, pada 1995. Perawatan ini punya tingkat keberhasilan 100 persen saat diujicobakan pada monyet.
"Ini adalah uji coba. Kami hanya mengikuti prosedur yang ada. Kami telah menyerahkan permohonan ini kepada komite etik, dan mereka memberikan izin," kata Ahuka, sambil menambahkan bahwa uji coba model perawatan baru akan dimulai pada beberapa hari mendatang.
Dia mengatakan bahwa tipe perawatan eksperimental lainnya, termasuk Zmapp, sebuah obat antibodi buatan Mapp Biopharmaceuticals di San Diego, juga mungkin akan digunakan.
Ebola adalah virus yang menyebabkan demam, muntah-muntah, dan diare. Virus ini menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh pengidap.
Ebola sempat menewaskan lebih dari 11 ribu orang selama masa penyebaran wabah terbesar di Afrika Barat tahun 2013 sampai 2016 lalu. Sementara itu Kongo, yang berada di kawasan Afrika Tengah, telah 10 kali terkena wabah yang sama namun relatif sukses menanganinya.
Namun wabah terbaru ini memunculkan tantangan lain karena terjadi di wilayah konflik di mana banyak kelompok-kelompok milisi saling bertempur satu sama lain. Hingga saat ini, wabah Ebola belum menyebar ke 'zona merah' yang akan sangat membatasi akses para petugas kesehatan.