Senin 13 Aug 2018 01:50 WIB

Pengungsi di Lombok Barat Butuh Terpal dan Air Bersih

Para pengungsi mengeluh tidak bisa tidur pada malam hari.

Sejumlah remaja pengungsi korban gempa bumi meminta bantuan di tengah jalan di sekitar lokasi tempat pengungsian darurat di Kayangan, Lombok Utara, NTB, Minggu (12/8). Masih terdapat pengungsi yang belum mendapat bantuan karena sulitnya akses untuk menjangkau lokasi pengungsi.
Foto: Zabur Karuru/Antara
Sejumlah remaja pengungsi korban gempa bumi meminta bantuan di tengah jalan di sekitar lokasi tempat pengungsian darurat di Kayangan, Lombok Utara, NTB, Minggu (12/8). Masih terdapat pengungsi yang belum mendapat bantuan karena sulitnya akses untuk menjangkau lokasi pengungsi.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Para pengungsi yang kini tinggal di tenda-tenda pengungsian di Kecamatan Batulayar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat membutuhkan terpal dan air bersih. Para pengungsi mengeluh tidak bisa tidur pada malam hari, karena kondisi tenda-tenda pengungsian yang penuh.

"Kalau makanan atau logistik ini sudah banyak. Tapi yang kurang ini terpal untuk membuat tenda dan air untuk kebutuhan sehari-hari," kata Kasi Trantib Kecamatan Batulayar, Herman Rogo, Ahad (12/8).

Herman menyebutkan, dari 9 desa di Kecamatan Batu Layar, yang terdampak bencana gempa bumi 7 Skala Richter yang terjadi pada Minggu (5/8) malam, ada empat desa yang paling parah mengalami kerusakan, seperti Desa Senggigi, Senteluk, Batu Layar Induk dan Batu Layar Barat. Sementara, jumlah warga yang terdampak dan kini harus tinggal di tenda-tenda pengungsian 8 ribu orang lebih.

"Rata semua bangunan hampir 60 persen rusak parah. Kalau Senggigi 75 persen rusak, meski di luar kokoh tapi kalau d dalam hancur," ujar Herman Rogo.

Diakuinya, pihak Kabupaten Lombok Barat sebetulnya sudah berusaha agar para pengungsi bisa ditempatkan di satu posko induk di Kantor Kepala Desa. Hanya saja, warga tidak mau. Karena, khawatir ada gempa dan menjaga barang-barang. "Bantuan sudah di droping baik dari pemerintah daerah, dan masyarakat lain seperti pihak swasta, dan lembaga donor lainnya tapi itu pun masih sangat kurang," jelasnya.

Menurut Herman, ketiadaan terpal dan air bersih membuat masyarakat yang tinggal di posko-posko pengungsian mengeluh. Sebab, tidak adanya atau minimnya terpal mereka akhirnya tidak bisa tidur. Karena, pada malam hari cuacanya begitu dingin. "Makanya kalau ada tambahan terpal kita minta segera agar bisa di droping ke Lombok Utara," tandasnya.

Karena itu, pihaknya berharap apa yang menjadi kebutuhan masyarakat harus segera di distribusikan. Sehingga masyarakat yang menjadi korban ikut merasakan pascagempa bumi 7 SR," katanya.

Sementara, salah satu pengungsi Ahmad mengakui minimnya terpal dan air bersih untuk korban gempa bumi di Lombok yang kini harus tinggal di tenda-tenda pengungsian di wilayah tersebut. Karena, untuk air sudah sulit untuk di dapat, belum di tambah luas wilayah yang terkena dampak.

"Kita bilang terpal kurang ya, karena satu tenda di isi belasan orang. Tapi kalau ada bantuan tenda kita bisa buat lagi, sehingga pengungsi tidak menumpuk," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement