REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak Istana membantah tudingan Wasekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik yang menyebut Istana telah memainkan politik agama. Hal ini terkait pernyataan Ma'ruf Amin yang menyindir koalisi Prabowo Subianto tak menghargai keputusan ijtima ulama.
"Ya enggaklah beliau masa (politisasi agama), yang di sana mau memolitisasi saja juga enggak apa-apa," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Senin (13/8).
Terkait hal itu, ia menyerahkan kepada para ulama dan masyarakat untuk menilai keputusan Prabowo yang menetapkan Sandiaga sebagai pendampingnya.
"Tidak perlu kemudian partai politik pendukung manapun, terutama dari dalam kita sendiri atau dari mereka, kemudian menggunakan ini untuk menuduh dan sebagainya," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengaku telah mengonfirmasi pernyataan Ma'ruf Amin. Setelah dikonfirmasi, lanjutnya, Ma'ruf membantah adanya pernyataan tersebut.
"Saya kira itu salah kutip, saya sudah cek ke Kiai Ma'ruf yang dimaksud Kiai Ma'ruf bukan seperti itu. Kemarin saya komplain juga loh Pak Kiai ngapain ngomong kayak begini, ah enggak saya (Ma'ruf) enggak pernah ngomong begitu," kata Muhaimin.
Baca juga: GNPF: Kenapa Pak Jokowi Lebih Cerdas daripada Kita?
Kendati demikian, Muhaimin hanya menyampaikan bahwa Kiai Ma'ruf merupakan sosok yang dapat menjembatani umat Islam dengan pemerintah.
"Kiai Ma'ruf bersedia sebetulnya, Kiai Ma'ruf kan tidak mau, tapi terpaksa mau karena beliau pintu yang bisa menyerap aspirasi umat. Makanya, jembatannya beliau kepada pemerintah dan kekuasaan," ujarnya.
Sebelumnya, melalui cicitannya di akun pribadi, Wasekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik menuding Kiai Ma'ruf telah memainkan politik identitas dalam pertarungan pilpres. "Ini baru awal. Gong tanda pertandingan dimulai bahkan sebelum dipukul. Politik agama, kali ini, dari Istana," cicitnya.
Pernyataannya ini menanggapi pernyataan Ma'ruf Amin yang menyebut kubu Prabowo tak menghargai ulama. Sebab, Prabowo lebih memilih pendamping nonulama daripada rekomendasi ijtima ulama.
Baca juga: Pilpres 2019, Diamnya Muhammadiyah: Teringat AR Fachruddin