REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Detasemen Khusus 88 Antiteror bersama Polda Sulawesi Selatan menangkap sejumlah orang yang diduga terkait jaringan teroris. Pada Sabtu (11/8) empat orang ditangkap di dia tempat di Sulawesi Selatan. Lalu pada Senin (13/8) seorang lagi ditangkap.
Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan Komisaris Besar Polisi Dicky Sondani mengatakan, kelompok ini menimbun 15 kilogram bahan peledak dalam tanah. "Bahan peledak seberat 15 kilogram itu sudah tercampur dan semuanya diamankan di kebun milik jaringan teroris ini semuanya sudah dicampur dan sudah siap untuk diledakkan," ujar Dicky saat dikonfirmasi Senin.
Empat terduga teroris ditangkap di dua lokasi berbeda. Dua orang berinisial B dan M, diringkus di wilayah Luwu Timur (Lutim). Sementara dua lainnya serta dua lainnya R dan I di Kabupaten Bone. Lalu pada Senin, seorang lagi berinisail MM.
Kombes Dicky mengungkapkan, para terduga teroris itu merupakan jaringan Poso bekas pimpinan Santoso. Santoso merupakan pimpinan Mujahidin Indonesia Timur. Para terduga teroris, menurut Dicky tidak ditahan di Polda Sulsel. "Dibawa ke Jakarta," katanya pada Republika.
Dicky mengatakan, para pelaku memiliki bahan peledak yang siap digunakan. "Mereka sudah beraksi sejak 2010 lalu dan berpengalaman dalam perakitan dan perencanaan," katanya.
Menurut Dicky, mereka berencana menggunakannya di Bulan Agustus 2018. Penangkapan ini pun mencegah rencana tersebut. Dicky menambahakan, keempat pelaku jaringan teroris Santoso dan Daeng Koro ini diduga terlibat dalam pengeboman di Poso yang korbannya adalah anggota polisi.
Empat orang jaringan teroris Santoso ini, merupakan anggota aktif dan terlibat dalam beberapa aksi sejak tahun 2010. "Ini pendukung. Yang ditangkap, pendukung," ucap Dicky menambahkan.
Penangkapan ini kembali menambah rentetan penangkapan teroris oleh kepolisian. Terakhir dilaporkan, Kapolri Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian menyebutkan 283 orang ditangkap dan 20 lebih ditembak.