Selasa 14 Aug 2018 06:36 WIB

Pasang Telinga Agar tak Salah Peron di Stasiun Manggarai

Penumpang keluhkan desain tiang di Stasiun Tanah Abang yang dinilai membahayakan

Rep: Muslim Abdul Rahmad/ Red: Bilal Ramadhan
Penumpang melintas diperon 8 saat menaiki kereta KRL di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (13/8).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Penumpang melintas diperon 8 saat menaiki kereta KRL di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (13/8).

REPUBLIKA.CO.ID, Penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) yang transit di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan harus mendengar lebih rinci agar tidak salah peron saat menunggu kereta. Hal ini karena ada perubahan jalur akibat pembangunan Stasiun Manggarai sejak Sabtu (11/8) lalu.

Namun, dengan banyaknya megaphone portable yang dibawa petugas membuat banyaknya suara yang tidak beraturan. Terlebih, dengan suara dari pengeras suara stasiun membuat penumpang tidak bisa mendengar dengan jelas. Sehingga penumpang harus benar-benar memasang telinga untuk mendengarkan instruksi dari petugas.

Di setiap penyeberangan antar peron, berdiri empat sampai tujuh petugas. Dua di antaranya memakai megaphone portable untuk memberitahu para penumpang tentang perubahan jalur ini. Petugas-petugas ini ditanyai oleh penumpang tentang peron mana yang harus mereka naiki karena adanya perubahan jalur.

"Pasar Minggu, Depok, sampai stasiun Bogor ke peron 8," kata seorang petugas dengan papan nama Hartono, Senin (13/8) pagi.

Hartono berkali-kali ditanyai penumpang. Pertanyaan yang sama, tentang peron mana yang harus mereka tuju jika ingin ke Tanah Abang, Bogor, Bekasi atau Jakarta Kota. Sebanyak 30 orang petugas tambahan dari berbagai stasiun diperbantukan untuk menginformasikan perubahan jalur di stasiun Manggarai ini.

Bisingnya suara dari para petugas yang menggunakan megaphone portable dinilai malah membuat bingung penumpang. "Jadi bingung, yang itu (suara petugas dari pengeras suara stasiun) ngomong jalur 5, yang mbak nya (petugas dengan megaphone portable) bilang jalur 10," kata salah seorang penumpang, Haryanto (45 tahun) di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (13/8).

Sejumlah penumpang juga mengeluhkan adanya perubahan jalur di Stasiun Manggarai ini. Yuni, salah satu penumpang, mengatakan ia kerepotan karena harus berpindah peron menjadi lebih jauh dari sebelumnya. "Repot pas transitnya, peronnya ganti," kata Yuni.

Antrian masuk kereta menuju dan dari stasiun Manggarai juga lebih lama. Hal ini membuat penumpang lebih lama sampai dari biasanya. Di hari kerja pertama pemberlakuan kebijakan ini, tidak terluhat adanya penumpukan penumpang KRL yang transit di Stasiun Manggarai.

Penumpukan diprediksi bakal terjadi pada sore hari. Sebab jalur yang berubah adalah jalur kereta dari stasiun Jakarta Kota-Bogor, Angke-Bogor. Sementara pagi hari adalah arah sebaliknya, sehingga tak ada penumpukan penumpang. Di kereta jalur Bogor juga relatif lengang, hampir semua penumpang kebagian tempat duduk.

"Ya enggak bakal ada penumpukan pagi ini, karena jalurnya sepi juga yang ke arah Bogor, pas jam pulang bakal keliatan," kata Dendi (28 tahun), seorang penumpang yang rutin menggunakan kereta arah Bogor setiap harinya.

Penumpang juga mengeluhkan jarak antara kereta dengan peron yang membahayakan nyawa penumpang. Peron 8 dan peron 10 yang masih dalam tahap pembangunan itu menyulitkan penumpang karena tiangnya membuat jarak antara peron dengan kereta sangat sempit.

Tiang tersebut sangat membahayakan pengguna KRL, saat kereta melewati jalur pengguna KRL yang berada di peron 8. Tiang ini menambah ancaman dan ketidak nyamanan stasiun Manggarai selain dari sinyal masuk yang sering harus menunggu hingga 30 menit lebih.

"Tiang-tiangnya mengganggu, tiang stasiun layang masih jauh lebih aman dibanding tiang Manggarai ini," ujar Levina Ardiati salah satu pengguna KRL yang rutin transit di stasiun Manggarai, di Jakarta, Senin (13/8).

Pengguna lainnya yang hendak menaiki kereta jurusan Bogor di peron 8 juga mengeluhkan desain tiang yang membuat mobilitas penumpang sangat terganggu. "Enggak bisa lewat kalau ada kereta. Seram," kata Melisa.

Desain yang sempit ini juga ada di Stasiun Tanah Abang. Namun, menurut pengguna KRL rutin yang transit di Stasiun Tanah Abang, jarak antara peron dengan kereta yang didesak oleh desain bangunan dan tiang, tak semenakutkan tiang di peron 8 Stasiun Manggarai.

Manajer Humas PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), Eva Chairunisa mengatakan untuk sementara, pelayanan KRL Bogor Line dan KA Komuter Bandara dipindahkan ke jalur 8, 9 dan 10 terhitung sejak pada Sabtu tanggal 11 Agustus 2018 pukul 00.00 WIB. Sedangkan, jalur 6 dan 7 pada Stasiun Manggarai dimatikan.

Perubahan pola operasi akibat perubahan jalur rel KRL di Manggarai ini diberitahukan memang akan berdampak pada bertambahnya waktu perjalanan KRL sekitar lima sampai 10 menit. Eva mencontohkan, waktu perjalanan KRL lintas Bogor-Jakarta Kota dari yang semula 1 jam 55 menit menjadi 2 jam atau 2 jam 5 menit.

Dalam perencanaannya, jalur rel di stasiun Manggarai akan dibangun dua tingkat untuk memisahkan jalur kereta api, yakni kereta api jarak jauh, kereta commuter jabodetabek, dan kereta api bandara.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement