REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan kurs rupiah terus terjadi. Pada Senin (13/8) kemarin nilai tukar rupiah telah menembus level Rp 14.600 per dolar AS.
Bank Indonesia (BI) menyatakan, pelemahan itu disebabkan oleh krisis keuangan yang terjadi di Turki. "Secara umum, BI melihat pengaruh pelemahan lira Turki yang utama dibalik pelemahan emerging market currency. di samping karena faktor lain seperti isu trade tension dan devaluasi yuan," ujar Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo kepada Republika.
Lebih lanjut ia mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi diharapkan hanya merupakan sentimen temporer atau sesaat. Hal itu menimbang ekonomi domestik masih kuat, di antaranya ditunjukkan oleh pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang masih tinggi serta inflasi rendah.
Dody juga menegaskan, dalam menstabilkan kurs rupiah, BI terus melanjutkan langkah-langkah stabilisasi. "Sebagaimana dilakukan selama ini, yaitu mell kombinasi, dual intervention di pasar valas dan pasar obligasi, kenaikan suku bunga, serta gradual depreciation rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya," tuturnya.
BI pun, kata dia, membuka lelang foreign exchange swap bagi perbankan di siang hari ini. Tujuannya untuk membantu mengurangi tekanan terhadap rupiah.