Selasa 14 Aug 2018 08:30 WIB

100 Petugas Periksa Hewan Kurban Waspadai Cacing

Untuk pemeriksaan hewan itu, petugas mengambil sampel tanah, darah dan feses.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Agus Yulianto
Pedagang sapi marak menjelang Idul Adha (Ilustrasi)
Foto: Republika/Haura Hazifah
Pedagang sapi marak menjelang Idul Adha (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta, mewaspadai penyakit cacing hati pada hewan kurban. Pasalnya, penyakit ini sering ditemukan pada saat musim kurban. Karena itu, instansi tersebut akan menerjunkan 100 dokter hewan dan petugas untuk memeriksa daging hewan kurban pascapenyembelihan.

Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta, Sri Wuryasturati, mengatakan, seratusan petugas itu akan disebar ke seluruh kecamatan. Yakni, ada 17 kecamatan. Mengingat, pemeriksaan daging hewan kurban ini sama pentingnya seperti pemeriksaan pra penyembelihan.

"Hari ini, kami juga melakukan pemeriksaan terhadap hewan kurban yang dijual di Pasar Hewan Ciwareng serta lapak-lapak yang di pinggiran jalan," ujar Sri, kepada Republika.co.id, Senin (13/8).

Pemeriksaan ini, akan terus kontinyu. Mulai dari pra penyembelihan sampai setelah hewan tersebut dipotong. Untuk pemeriksaan sekarang, yang diwaspadai yaitu hewan tidak sehat, stres, terkena penyakit mata atau penyakit membahayakan lainnya. Seperti antraks.

Pada pemeriksaan hari ini, lanjut Sri, ditemukan hewan yang sakit. Seperti, kakinya pincang-pincang dan mata merah. Tetapi, hewan tersebut masih layak dijadikan hewan kurban. Sebab, sakitnya kategori ringan. Serta, sakitnya itu dikarenakan perjalanan jauh.

Pasalnya, hewan kurban yang dijual di Pasar Hewan Ciwareng ini, 70 persennya datang dari Jatim, Jateng dan Lampung. Hewan yang didatangkan dari luar itu semuanya sapi. Sedangkan, kambing adanya di lapak-lapak yang dipinggiran jalan.

Untuk pemeriksaan hewan itu, petugas mengambil sampel tanah, darah dan feses. Bila hasilnya sehat, maka hewan itu layak untuk jadi hewan kurban. Selain itu, lanjut Sri, dirinya menghimbau kepada masyarakat jika ingin membeli hewan kurban, utamakan yang ada pin sehat dari instansinya atau membeli di lapak yang sudah mengantongi surat keterangan sehat.

"Jadi, kalau hewannya ada pin sehat dan lapaknya punya surat keterangan dari kita, berarti hewan yang di jual pedagang itu telah lolos kesehatan. Sangat layak untuk dijadikan hewan kurban," ujarnya.

Sementara itu, Kasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta, Wini Karmila, mengatakan, ratusan petugas dari dinas dan persatuan dokter hewan ini, akan disebar ke 17 kecamatan selepas shalat idul adha. Biasanya, tim akan mendatangi area pemotongan hewan, untuk diperiksa kesehatan daging dan jeroannya.

"Yang paling utama, kita periksa hati hewannya. Sebab, bagian itu sering kali menjadi sarang cacing hati. Bila ditemukan ada kasus seperti itu, kita suka menghimbau ke panitia untuk tidak mendistribusikan bagian tersebut," ujarnya.

Bila ada masyarakat yang ingin hewan kurbannya diperiksa petugas, bisa mebghubungi nomor layanan 0264 200221. Dengan menyebutkan, nama pelapor dan alamat yang akan didatangi petugas.

Sementara itu, Mulyadi (53 tahun) pedagang sapi asal Pati, Jateng, mengatakan, tahun ini ada kenaikan harga sapi antara 20-30 persen. Sapi yang dibawanya dari Pati ke Pasar Hewab Ciwareng, Purwakarta, paling murah harganya Rp 19 juta. Sedangkan yang termahal mencapai Rp 29 juta. "Harga saat ini, jauh lebih mahal dibanding harga tahun lalu," ujarnya.

Hari ini, Mulyadi membawa 20 sapi lokal dengan berat kisaran tiga sampai lima kuintal. Meskipun harganya meningkat, tapi minat masyarakat membeli sapi untuk kurban sangat positif. Karena, dari 20 sapi yang dibawanya, tinggal menyisakan dua ekor lagi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement