Selasa 14 Aug 2018 20:06 WIB

Din: Sistem Dunia Terlalu Menekankan Kebebasan

Indonesia dinilai sebagai salah satu negara yang mendorong pendekatan jalan tengah.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Teguh Firmansyah
Din Syamsuddin memberikan keterangan kepada awak media usai pembukaan The 7th World Peace Forum (WPF) di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (14/8).
Foto: Republika/Zahrotul Oktaviani
Din Syamsuddin memberikan keterangan kepada awak media usai pembukaan The 7th World Peace Forum (WPF) di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (14/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- The 7th World Peace Forum atau Forum Perdamaian Dunia ke-7 yang bertemakan The Middle Path for The World Civilizations atau Jalan Tengah untuk Peradaban Dunia digelar di Hotel Sultan, Jakarta. Jalan tengah atau keadilan bagi semua pihak menjadi fokus utama pertemuan kali ini.

Din Syamsudin selaku penggagas World Peace Forum (WPF) menyebut tema ini diangkat akibat dari kekhawatiran akan dunia yang semakin kacau. Din menganggap dunia semakin mengalami ketidakpastian dan gangguan besar.

"Kekacauan, ketidakpastian, dan gangguan yang dialami dunia saat ini akibat dari sistem dunia yang ekstrem. Sistem dunia terlalu menekankan kebebasan yang berakibat liberalisme di segala aspek," ujar Din usai membuka WPF ke-7 di Hotel Sultan, Jalan Gelora, Jakarta Pusat, Selasa (14/8).

Sisi ekonomi, budaya, maupun politik dunia disebut semakin liberal dan bebas. Liberalisme yang beredar berpatokan pada tuntutan atas hak. Sementara Din menilai perlu ada keseimbangan antara hak dengan kewajiban. Selain itu antara hak dengan tanggung jawab.

Indonesia lalu dianggap sebagai contoh dari pendekatan jalan tengah yang berjalan di segala aspek. Indonesia memiliki khazanah bangsa yang berpatokan pada keadilan bagi segala aspek. "Budaya Indonesia banyak yang mencerminkan jalan tengah. Kita cenderung mencari jalan keluar, duduk bersama mencari solusi. Ini yang disebut dengan gotong royong," lanjutnya.

Indonesia juga terdiri dari beragam agama yang masing-masingnya saling mengajarkan jalan tengah. Islam dengan konsep wasatiyah-nya, dan agama lain dengan kepercayaannya masing-masing. "Jalan tengah ini ingin kita angkat untuk jadi solusi atas krisis peradaban selama ini," ucap Din.

Ia pun menyebut hasil dari forum ini dikembalikan lagi pada masing-masing peserta. Jika mereka melihat hasil dari forum sebagai sebuah solusi, maka bisa jadi ini dikuatkan sebagai arus utama dan menjadi putusan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB.

Kegiatan WPF kali ini dihadiri oleh 43 negara dan sekitar 250 peserta. Yang hadir di forum ini bukan hanya tokoh agama dan pemerintah, tapi juga tokoh pendidikan dan aktivis sosial dari masing-masing negara.

Acara yang berlangsung selama tiga hari hingga 16 Agustus ini akan memberikan banyak tema untuk dibahas. Di antaranya bagaimana jalan tengah dilihat dari perpektif agama, dari perpektif ideologi negara, serta implementasinya dalam ekonomi, politik, dan budaya.

"Pancasila adalah salah satu idologi nasional Indonesia yang memiliki corak jalan tengah. Ini adalah hasil titik temu pandangan masyarakat yang beragam," ujar mantan ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ini.

Esensi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang dimiliki Indonesia adalah contoh bagi negara lain mengenai keberadaan jalan tengah di sebuah negara. Nilai ini pula yang mendorong tema jalan tengah disuarakan kepada masyarakat global agar permasalahan dunia bisa segera terselesaikan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement