Rabu 15 Aug 2018 06:45 WIB

Belajar Sejarah dari Film? Ini Kata Hanung Bramantyo

Film bisa memicu penonton untuk menggali sejarah dari sumber yang lebih akurat.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta.
Foto: ist
Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film bertemakan sejarah bukan hal yang baru di industri perfilman Indonesia. Salah satu di antaranya adalah film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta yang berkutat pada kehidupan Raja Mataram, Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Pembuatan film bertemakan sejarah tentu didasari pada riset yang kuat dan mendalam dari berbagai literatur. Meski begitu, bisakah film bertemakan sejarah menjadi bahan pembelajaran sejarah yang akurat bagi masyarakat?

Sutradara Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta Hanung Bramantyo mengatakan film bertemakan sejarah tidak bisa dijadikan rujukan sejarah. Alasannya, dalam film bertemakan sejarah biasanya tetap terselip unsur fiksi meskipun cerita utamanya berdasarkan kehidupan sosok nyata.

Hanung mencontohkan, film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta ditunjang dengan berbagai riset mendalam mengenai kehidupan sosok Raja Mataram yang memiliki nama asli Sultan Agung Hanyokrokusumo. Meski berdasarkan riset mendalam, tidak semua elemen yang tampil dalam film ini adalah fakta.

Hanung mengatakan sosok antagonis dalam film ini adalah siapapun yang menghambat Sultan Agung. Namun untuk menghindari adanya pihak-pihak yang akan merasa tersinggung, tokoh antagonis dalam film ini disamarkan menjadi fiktif.

"Itulah kenapa film tidak bisa dijadikan rujukan sejarah," ungkap Hanung saat ditemui dalam Gala Premiere film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta, di Jakarta.

Hanung mengatakan, masyarakat yang ingin mempelajari sejarah dengan akurat tentu harus mencari sumber-sumber yang akurat. Salah satunya adalah literatur-literatur sejarah di perpustakaan.

Meski begitu, film bertemakan sejarah bukan berarti tak memiliki peran sama sekali dalam mengedukasi masyarakat mengenai sejarah. Hanung mengatakan film bertemakan sejarah memiliki fungsi untuk memperkenalkan dan mengingatkan generasi-generasi muda mengenai keberadaan dan peran tokoh-tokoh bersejarah di masa lalu yang mungkin luput dari perhatian.

"Bioskop (film) itu menjadi pemicu untuk orang-orang belajar sejarah lebih dalam lagi, itu poinnya," terang Hanung.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement