Rabu 15 Aug 2018 08:59 WIB

Pasar Modal Terkoreksi, Citibank Sarankan Nasabah Defensif

Krisis ekonomi di Turki ikut berdampak ke pasar modal dalam negeri

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nidia Zuraya
Seorang karyawan beraktivitas di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Seorang karyawan beraktivitas di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Krisis Turki, suka atau tidak suka, ikut membayangi pasar modal dalam negeri, khususnya saham. Pada perdagangan Selasa (14/8), indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 1,56 persen menjadi 5.850,72 dari posisi penutupan sehari sebelumnya 5.861,25.

Kepala Perbankan Ritel Citibank Indonesia, Harsya Prasetyo menyarankan investor lebih selektif dan defensif dalam memilih investasi di tengah kondisi pasar modal dan rupiah yang fluktuatif. "Kuartal kedua tahun ini, kondisi pasar modal terutama saham terkoreksi. Saran kami nasabah lebih defensif, khususnya memasuki kuartal ketiga," kata Harsya dijumpai Republika di Denpasar, Selasa (14/8) petang.

Harsya mengatakan kondisi sama bukan hanya dialami Indonesia, namun juga negara-negara lainnya. Pasar modal tertantang akibat kurs dolar yang meningkat dan memicu sentimen investor.

Meski demikian, Harsya menilai kebijakan fiskal dan moneter Indonesia bagus, didukung suku bunga dan kondisi fiskal pemerintah. "Kondisi Turki dan Indonesia jelas berbeda. Bukti yang kami rasakan, tidak ada nasabah yang panik dan keluar dari Citibank meski Turki krisis," ujarnya.

Sepanjang Juni-Juli 2018, inflow dari dana pihak ketiga (DPK) Citibank sangat baik, meningkat tujuh persen. Ini berarti meski krisis di Turki, perbankan di Indonesia tetap bisa menarik dana dari nasabah.

Citibank Indonesia juga menyarankan agar investor tidak panik menghadapi fluktuasi market dan rupiah. Pilihan investasi, seperti saham, obligasi, dan reksadana masih sangat memungkinkan.

Terkait suasana menjelang pemilihan umum (pemilu) presiden 2019, Citibank memperkirakan tidak akan berdampak negatif pada pasar modal. Ini karena mekanisme politik dan demokrasi di Indonesia sudah dewasa dan berjalan dengan baik.

Seluru partai politik sudah menyepakati calon presiden dan wakil presiden dengan damai. "Cuma ada dua pasangan calon ini juga bagus, sebab pemilu tak perlu berlarut hingga dua putaran. Pengumuman pasangan calon kemarin juga sangat positif, sehingga kami memperkirakan suasana pemilu di Indonesia tahun depan kondusif," paparnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement