REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Mallorca. Nama cantik ini tersemat untuk sebuah pulau di kepulauan Balears, Spanyol. Pulau ini terhampar di Laut Tengah dan berjarak sekitar 200 kilometer sebelah selatan Barcelona. Beribu kota di Palma de Mallorca, pulau ini adalah yang terbesar di Spanyol. Selain Mallorca, kepulauan Balears juga memiliki pulau cantik lain, yaitu Menorca, Ibiza, dan Formentera.
Berselimut iklim khas Mediterania, Mallorca tetap bermandi sinar mahatari pada musim dingin. Sebuah penelitian bahkan menyebutkan, matahari bersinar 300 hari dalam setahun di kepulauan ini. Pada musim panas, matahari bersinar 10 jam sehari. Sedangkan pada musim dingin, warga Mallorca tetap dapat menikmati matahari selama lima jam setiap harinya.
Pada siang hari, suhu rata-rata pulau ini adalah 20 derajat Celcius. Sangat nyaman, bukan? Belum lagi panoramanya yang elok membuat siapa pun setuju untuk menyebut Mallorca sebagai pulau impian. Bayangkan, di sana terhampar langit biru bersih hampir sepanjang tahun, pasir putih seakan tak berujung, bukit-bukit batu, dan air laut nan tenang berwarna kebiruan. Pantaslah, jika Mallorca kini menjadi salah satu surga wisata di Eropa.
Pulau ini merupakan lokasi wisata favorit bagi warga Jerman, Inggris, dan tentu saja Spanyol. Data menunjukkan, setiap tahunnya sekitar enam juta wisatawan melancong ke sini.
Di balik gemerlap surga wisata Eropa itu, tak banyak yang tahu bahwa Mallorca menyimpan banyak jejak sejarah Islam. Jejak itu salah satunya tergambar dari sisi bahasa. Meski masuk dalam wilayah Spanyol, Mallorca memiliki jenis bahasa yang berbeda dari bangsa Catalan, yakni bangsa yang mendiami Catalonia, wilayah bagian selatan Spanyol yang berbatasan dengan Prancis.
Bahasa yang digunakan penduduk Mallorca justru dipenuhi dengan kata-kata yang berasal dari bahasa Arab. Bahkan, mayoritas penduduk Mallorca merasa bangga dengan bahasa, budaya, dan arsitektur bangunan mereka yang merupakan warisan dari kebudayaan Islam. Sejarah mencatat, Mallorca memiliki warisan peradaban Islam yang sudah tersimpan selama berabad-abad.
Jika suatu kali berkesempatan melancong ke Mallorca, Anda dapat menyambangi istana milik Raja Alfabia, penguasa Muslim terakhir pulau ini. Sayangnya, tak mudah untuk menjangkau kediaman raja muda Mallorca ini karena tempatnya yang tersembunyi dan dikelilingi gunung-gunung. Pemandangan berupa lembah-lembah dan tebing terjal mendominasi perjalanan menuju kediaman Raja Alfabia.
Kediaman Alfabia menawarkan pemandangan yang sangat indah dan memesona, utamanya bila dilihat dari Palma Bay. Dulu, Palma Bay merupakan satu-satunya pintu masuk menuju Pulau Mallorca. Namun kini, pintu masuk ke Mallorca bagi wisatawan dari seluruh Eropa adalah bandara, bukan lagi Palma Bay.
Dari tebing yang bertengger sekitar 60 meter di atas istana Alfabia, pengunjung dapat menikmati panorama bak musim semi yang yang sangat indah. Konon, suasana dan panorama khas musim semi selalu hadir di Mallorca. Nuansa musim semi ini tentu menjanjikan keindahan yang luar biasa di pulau ini.
Tak jauh dari kediaman Alfabia pula, terdapat hamparan tetumbuhan yang selalu tumbuh subur meski kawasan ini sedang musim panas. Hal ini menjadi berkah bagi para petani setempat yang hampir tak pernah mengalami masa paceklik.
Perpaduan Islam dan Mediterania
Istana Alfabia dibangun dengan arsitektur yang menarik, yakni perpaduan antara arsitektur Islam dan Mediterania. Jalan lebar menuju serambi utama dipagari deretan pohon-pohon maple yang besar dan rimbun.
Saat pertama kali melihat rumah besar ini, memang gaya arsitektur Mediterania yang lebih dulu tertangkap. Namun, begitu menjejak ke dalam pekarangan, tampaklah dekorasi berupa air mancur yang menjadi ciri khas dan elemen penting pada taman-taman milik bangsa Spanyol-Arab.
Selain air mancur, ciri khas tradisi Arab lainnya yang bisa ditemukan di kediaman Alfabia adalah keberadaan qanat, yaitu saluran air dari batu berhiaskan ukiran di atasnya. Selain mengalirkan air, qanat juga berfungsi sebagai batas antara kebun buah-buahan dan pepohonan aromatik.
Hingga saat ini, sebagian besar Istana Alfabia masih terjaga keasliannya. Mulai dari gerbang yang bagian atasnya melengkung hingga langit-langit rumah yang tampil dengan hiasan bercita rasa tinggi. Hiasan karya perajin Almohad pada 1170 M itu terbuat dari kayu pohon pinus.
Pada bagian lantai tampak jelas dekorasi yang menampilkan lambang keluarga Arab, penghuni rumah tersebut. Sekarang coba amati bagian langit-langit. Di sana terdapat hiasan semacam kaligrafi bertuliskan ''Allah Mahabesar, Allah Mahakuasa, dan Tiada Tuhan Selain Allah.''
Pada masa lalu, rumah megah ini berkontribusi besar bagi kemasyhuran Alfabia. Rumah ini pun menjadi bukti tak terbantahkan mengenai besarnya pengaruh budaya Islam di Mallorca.
Dibangun di lereng bukit, para arsitek Arab pada masa itu harus memutar otak untuk menyiasati lahan yang berlereng-lereng. Hasilnya, terciptalah taman-taman landai berundak. Saluran qanat pun disusun berselang-seling untuk mengairi danau buatan di tengah taman.
Sejumlah pohon kurma yang tumbuh subur di taman tersebut menjadi bukti lain kentalnya pengaruh Arab di istana ini. Nuansa Arab itu menjadi kian kental ketika indra penciuman menghirup aroma pohon almond, carob, dan pinus Aleppo di tengah taman nan elok itu. Eksotis!
Luruhnya Madinah Mayurqa
Pada September 1229 M. Saat itulah, kekuasaan Islam berakhir di Mallorca. Hal itu ditandai dengan datangnya armada Catalan di bawah komando Raja James I. Kala itu, Mallorca masih bernama Madinah Mayurqa. Seiring dengan pergantian penguasa, nama Madinah Mayurqa pun luruh, lalu diganti Mallorca.
Menyadari perubahan yang akan terjadi setelah kehadiran Raja James, sebagian besar keluarga Muslim berinisiatif mengumpulkan barang-barang berharga mereka. Mereka masukkan harta benda mereka ke dalam sebuah wadah yang diberi warna hitam. Wadah berisi harta benda tersebut kemudian dikubur di dalam sebuah gua di bukit di bagian selatan Mallorca.
Selama berabad-abad, harta karun itu terpendam di sana. Kini, harta peninggalan kaum Muslimin itu telah ditemukan dan disimpan di Galeri Islam Museu de Mallorca. Harta karun yang di antaranya berupa perhiasan emas dan perak itu bisa bercerita banyak mengenai sejarah pulau ini.
Di antara timbunan harta karun itu, terdapat koin emas yang berasal dari periode Almohad. Usia koin itu diperkirakan sama dengan usia langit-langit di Istana Alfabia yang sarat dengan hiasan. Dicetak pada akhir abad ke-12, koin-koin emas ini diyakini merupakan mata uang yang digunakan pada masa pemerintahan Raja Alfabia.
Ada pula koin perak berbentuk persegi. Meski asal muasal koin perak ini belum diketahui secara pasti, diyakini koin ini dibuat pada periode yang sama dengan pembuatan koin emas. Keyakinan ini didasari oleh fakta bahwa dinas (koin emas) dan dirham (koin perak) digunakan sebagai alat tukar yang sah di kepulauan Balears pada 1203-1229. Semua temuan itu menegaskan bahwa masyarakat Muslim pernah mewarnai relung-relung kehidupan Mallorca pada sekitar delapan abad silam.