Rabu 15 Aug 2018 19:20 WIB

Iran akan Hadapi AS Lewat Perbaikan Internal Tata Negara

AS menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Iran dengan menyasar sektor perbankan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden AS Donald Trump
Foto: NBC News
Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden AS Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Wakil Presiden Iran Eshaq Jahangiri mengatakan Amerika Serikat (AS) berupaya membuat negaranya menyerah melalui sanksi. Namun Iran akan berusaha menghadapinya dengan memperbaiki tata pengelolaan negara.

"Amerika sedang mencoba menerapkan berbagai tekanan pada masyarakat kita untuk memaksa kita mundur dan menyerah," kata Jahangiri pada Rabu (15/8).

Ia mengungkapkan, setelah AS menerapkan sanksi ekonomi terbaru pekan lalu, hal yang paling penting dilakukan adalah mengelola negara dengan baik. "Prioritas utama bagi kita semua di bawah sanksi adalah bekerja untuk mengelola negara dengan cara yang paling tidak merusak kehidupan orang-orang," katanya.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sebelumnya mengatakan kesalahan tata kelola ekonomi memberikan dampak tak kalah parah dibanding sanksi AS. "Dengan tata kelola dan perencanaan yang lebih baik, kita dapat menahan sanksi dan mengatasinya," kata dia.

Sementara itu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan AS sedang berusaha membuat negaranya bertekuk lutut. Namun, ia menegaskan tak akan membiarkan hal itu terjadi. "Jika musuh berpikir mereka akan mengalahkan kita, mereka akan membawa harapan itu ke kuburan bersama mereka," ujarnya.

AS telah menyatakan, satu-satunya harapan Iran untuk terhindar dari sanksi ekonomi adalah dengan menerima tawaran Presiden Donald Trump menegosiasikan ulang kesepakatan nuklir. Namun, Iran telah menolak tawaran itu.

"Amerika sendiri mengambil tindakan yang menghancurkan kondisi untuk negosiasi. Ada persyaratan untuk negosiasi dan kami bernegosiasi. Mereka menghancurkan jembatan itu sendiri," kata Rouhani.

AS telah menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap Iran pada Senin (6/8). Sanksi itu menargetkan perdagangan logam mulia, industri otomotif, serta sektor keuangan Iran. Sanksi diterapkan setelah Iran menolak keinginan AS untuk merevisi kesepakatan nuklir yang tercapai pada Oktober 2015, yang dikenal dengan istilah Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Trump menilai JCPOA cacat karena tak mengatur  tentang program balistik Iran, kegiatan nuklirnya selepas 2025, dan perannya dalam konflik Yaman serta Suriah. Trump menginginkan JCPOA dinegosiasi ulang.

photo
AS menghukum Iran

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement