REPUBLIKA.CO.ID, NEW SOUTH WALES -- Seorang perempuan kelahiran Pakistan, Mehreen Faruqi menjadi senator perempuan Muslim pertama di Australia. Anggota parlemen Green Party dari New South Wales ini ditunjuk menempati kursi kosong parlemen Australia pada hari Rabu (16/8).
Ia kemungkinan akan mulai masuk kantor pada pekan depan. Menurut saluran TV lokal, dilansir Daily Times Pakistan, keluarga Mehreen bermigrasi ke Australia pada tahun 1992. Mereka kemudian tinggal dan menjadi penduduk tetap Australia.
Selain politik, Mehreen memiliki gelar PHD di bidang teknik lingkungan. Pemilihannya di parlemen negara bagian New South Wales pada tahun 2013 membuatnya jadi perempuan Muslim pertama yang memegang jabatan politik di Australia.
Ia adalah seorang pengkritik rasisme yang teguh dan selalu berdiri paling depan melawan elemen rasis dalam politik Australia. Dalam sebuah wawancara dengan BBC, dia mengatakan akan menggunakan peran barunya untuk mencapai masa depan positif bagi Australia.
"Saat kita lebih kuat karena keberagaman kita," kata dia.
Mehreen secara terbuka mengutuk insiden rasisme baru-baru ini terjadi di Australia. Dia mengatakan bahwa insiden semacam itu tidak terjadi secara terpisah dan perlu ditangani secara mendalam.
Ia juga mengkritik Senator Australia dari Queensland, Fraser Anning yang menggunakan istilah terkait dengan Holocaust untuk Muslim. Senator One Nation tersebut menyerukan larangan total Muslim di Australia.
Mehreen mengatakan kepada Guardian bahwa pidato Anning telah melemparkan jutaan warga Australia pada keputusasaan menghadapi perbedaan ras. Seruan itu dinilai tidak relevan dan menyalakan kembali kebijakan rasis yang telah lama hilang.
"Senator Anning telah meludahi masyarakat multikultural kami yang sukses, tetapi saya tidak berharap lebih darinya, pedagang kebencian di Senat ini tidak akan berhenti untuk terus menyerang orang-orang non-kulit putih hanya demi menebarkan perpecahan untuk kepentingan politik mereka yang sempit," katanya.
Mehreen secara terbuka menyatakan kebanggaan pada jati dirinya. Ia seorang imigran, Muslim, bukan kulit putih namun mampu menjadi senator. "Tidak ada hal yang dapat dilakukan oleh Fraser Anning tentang hal itu," katanya.