REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, kebijakan perdagangan serta kenaikan suku di Amerika Serikat (AS) mempengaruhi kondisi keuangan di pasar domestik. Termasuk pergerakan suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan.
Meski begitu, Jokowi mengaku optimistis perekonomian Indonesia akan tetap terkendali. Ia menyatakan pertumbuhan ekonomi nasional cukup konsisten meningkat. Sebab, dari lima persen pada 2014 menjadi 5,17 persen pada semester I 2018.
"Dengan didukung oleh perbaikan kinerja perekonomian nasional dan terjaganya laju inflasi, tekanan dari ekonomi global diharapkan bisa dimitigasi," katanya di Jakarta, Kamis, (16/8).
Maka setelah memperhatikan berbagai hal itu, kata dia, pemerintah memperkirakan suku bunga SPN tiga bulan pada 2019 rata-rata sebesar 5,3 persen. Sementara tingkat inflasi, ditargetkan ada pada rentang 3,5 persen plus minus satu persen pada tahun depan. Sejauh ini tingkat inflasi, kata Presiden, juga turun dari 8,36 persen pada 2014 menjadi 3,18 persen pada Juli tahun ini.
Jokowi menegaskan, tingkat inflasi yang rendah tidak hanya mendorong perekonomian domestik menjadi lebih efisien. Melainkan menjamin pula kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok.
"Pengendalian inflasi dilakukan dengan menjaga ketersediaan pasokan barang dan jasa, khususnya pangan. Melalui peningkatan kapasitas produksi nasional serta efisiensi di sepanjang rantai pasokan," jelas Jokowi.
Di sisi lain, kata dia, daya beli masyarakat juga harus terus dijaga lewat berbagai program perlindungan sosial. Terutama untuk masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah.