Sabtu 18 Aug 2018 12:08 WIB

Karyawan Protes Google Luncurkan Mesin Pencari di Cina

Pencari tersebut akan memblokir konten khusus yang menyangkut informasi sensitif.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolanda
Google
Foto: Google
Google

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan karyawan Google melakukan protes kepada perusahaan terkait rencana meluncurkan mesin pencari khusus di Cina. Protes tersebut dilakukan dengan mendatangani surat protes yang diberikan kepada Google dari ratusan karyawan tersebut. 

Protes dilakukan karena mesin pencari khusus tersebut dikabarkan akan memblokir konten yang menyangkut informasi sensitif di Cina. Untuk itu, para karyawan Google tersebut mempertanyakan sisi moral dan etika dari rencana itu. 

"Saat ini kami tidak memiliki informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan berdasarkan informasi tentang pekerjaan kami," kata para karyawan Google dikutip dari BBC, Jumat (17/8).

Terlebih, hingga saat ini Google tidak pernah berbicara secara terbuka tentang rencana tersebut dan menolak berkomentar. Sehingga, para karyawan juga menuntut transparansi dari pihak perusahaan terkait rencana tersebut.

"Kami sangat membutuhkan lebih banyak transparansi dan komitmen untuk proses yang jelas dan terbuka. Karyawan Google perlu tahu apa yang kami kerjakan," kata pra karyawan Google dalam surat protesnya. 

Padahal, sebelumnya Google pernah hengkang dari Cina setelah lama beroperasi di negara tersebut.  Keputusan tersebut diambil pada delapan tahun lalu sebagai protes terhadap undang-undang sensor Cina dan adanya dugaan peretasan pemerintah.

Hanya saja, sejak beberapa bulan lalu, Google santer terdengar kembali memberikan layanan mesin pencari khusus di Cina. Sementara jika hal tersebut terjadi maka harus tunduk dengan aturan Cina untuk memblokir beberapa informasi mengenai hak asasi manusia dan agama yang dinilai sensitif. 

Hal tersebut yang membuat marah beberapa karyawan Google sehingga menyampaikan aksi protesnya. Para karyawan  Google khawatir mereka tidak sadar sedang mengerjakan teknologi yang akan membantu Cina menekan kebebasan berekspresi. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement