Ahad 19 Aug 2018 13:36 WIB

Dukung Turki, Warga Pakistan Berbondong-bondong Beli Lira

Aksi beli Lira merupakan bentuk solidaritas kepada Turki.

Rep: Fergi nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Turis menukarkan uang ke money changer di Istanbul, Turki, Senin (13/8). Merosotnya nilai mata ulang Lira Turki membuat turis asing menikmati lonjakan dolar yang dipegangnya.
Foto: AP
Turis menukarkan uang ke money changer di Istanbul, Turki, Senin (13/8). Merosotnya nilai mata ulang Lira Turki membuat turis asing menikmati lonjakan dolar yang dipegangnya.

REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Politisi Pakistan, masyarakat sipil dan aktivis media sosial secara resmi berkampanye dengan tema 'Beli Lira' selama tiga hari hingga  Sabtu (18/8) waktu setempat. Pakistan melakukan kampanye tersebut untuk menyampaikan solidaritas kepada Turki yang sedang menghadapi tekanan keuangan disebabkan penahanan seorang pendeta Amerika.

Tidak sedikit warga Pakistan berbondong-bondong bergegas ke tempat penukaran uang lokal untuk membeli mata uang Turki, Lira di Ibukota Islamabad, Karachi, Lahore dan juga kotakota lainnya. Di ibukota Islamabad, kampanye utama diselenggarakan oleh para politisi dan pegiat media sosial di Islamabad Press Club.

Putra Almarhum mantan pempmin Jamaat-Islami Qazi Hussein Ahmad, Asif Luqman Qazi mengatakan, warga Pakistan danTurki merupakan satu bangsa. Pakistan akan selalu ada untuk Turki.

Turki Siap Ladeni Sanksi AS

"Turki selalu mendukung Pakistan, sekarang Turki membutuhkan kami dan kami siap untuk Turki," ujar Asif Luqman dikutip dari laman Andalou Agency, Ahad (19/8).

Menurutnya, pembeliaan lira Turki dan produk Turki lainnya akan terus berlanjut bahkan sampai nilai tertinggi pun.

Di Karachi, pedagang, pegiat media sosial dan aktivis masyarakat sipil, termasuk wartawan juga turut berkumpul di depan Press Club Karachi untuk mengekspresikan solidaritas dengan Turki.

“Orang Turki tidak boleh menganggap mereka sendirian dalam perang melawan hegemoni. Rakyat Pakistan bersama mereka," ujar Presiden Asosiasi Pedagang Kecil Karachi, Mahmood Hamid.

Dia membeli 200 lira dari pertukaran uang lokal dari pasar Zainab. Upaya solidaritas yang terus berlangsung telah mendorong ribuan orang di seluruh negeri untuk membeli lira Turki. Hal itu memaksa penukar uang untuk mengatur mata uang Turki lebih banyak untuk mengatasi permintaan yang terus meningkat.

"Kami mengatur lira Turki secara darurat karena permintaan untuk mata uang telah meningkat dalam beberapa hari terakhir," kata Khalid Hussain, seorang pejabat di Piracha Money Exchange Karachi.

Sebelumnya, kata dia, lira bukan mata uang yang populer di Pakistan, oleh karenaya pihak money changer memiliki stok terbatas. Namun permintaan untuk Turki lira tercatat mengalami peningkatan mendadak dalam beberapa hari terakhir.

Hussein mengatakan, pekan lalu, satu lira dijual seharga 21 rupee Pakistan di Pakistan. Saat ini, satu lira dijual seharga 25 rupee. "Kalau di pasar gelap, harganya lebih tinggi, naik menjadi 28 rupee," ujarnya.

Turki dan Amerika Serikat saat ini sedang mengalami hubungan yang kurang harmonis setelah Washington memberlakukan sanksi terhadap dua menteri pemerintah karena tidak melepaskan pendeta Amerika, Andrew Brunson. Brunson menghadapi tuduhan terkait terorisme di Turki.

Pada 10 Agustus, Presiden Donald Trump melanjutkan serangannya ke Turki dengan menggandakan tarif AS atas impor aluminium dan baja Turki. Rabu lalu, sebagai pembalasan, Turki meningkatkan tarif pada beberapa produk asal AS, termasuk alkohol dan produk tembakau dan mobil.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement