REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Haryono Suyono
Jika di malam menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI para pejabat dan punggawa negara mengadakan upacara renungan suci di Makam Pahlawan dengan lampu yang dipadamkan agar suasana bertambah khidmat. Lain halnya pada penonton TVRI dari Jawa Timur mereka diajak menonton Dialog tokoh perguruan tinggi. Mereka terdiri dari penggerak Zakat serta aktivis pembangunan desa untuk mengingat dan memberi perhatian pada keluarga tertinggal karena miskin atau disabilitas.
Selama satu setengah jam, keluarga di Jatim, pada malam sakral tersebut, diajak menikmati dialog bersama Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Prof Dr Ir Teguh Soedarto MP; Wakil Rektor Universitas Islam Negeri (UIN), Sunan Ampel Surabaya, Prof Ma’shum Nur Alim; Komisioner Baznas Pusat, Emmy Hamidiyah, Ketua Penjaminan Mutu Universitas Hang Tuah, Dr Ir Nukman; Kepala BKKBN Provinsi Jawa Timur, Yenrizal Makmur; Direktur Manajemen Risiko, Risyana Mirda; dan Bupati Malang, Dr Rendra Krisna lengkap bersama para mahasiswa dan utusan Kementerian Desa PDTT Helmiyati, Abdullah Kamil, puluhan mahasiswa serta Pengurus UPPKS dari berbagai desa.
Acara “dialog santai tetapi inspiratif” itu dikemas ceria melalui tayangan Semanggi TVRI Surabaya, disiarkan langsung selama satu setengah jam. Acara ini disponsori oleh Baznas Pusat, BKKBN Provinsi Jatim, BPD Jatim, DNIKS Pusat, Yayasan Damandiri, Yayasan Anugerah Kencana Jakarta serta beberapa perguruan tinggi di Jatim menampilkan dialog perjuangan bersama memperkuat pembangunan berupa upaya pemberdayaan keluarga dan masyarakat mengentaskan kemiskinan, kebodohan dan mengajak keluarga tertinggal bergerak maju membangun kemandirian diseling tampilan penyanyi penyandang disabilitas, yang seumur hidupnya tidak pernah melihat, tetapi dengan perjuangan gigih, keyakinan diri tinggi, membawakan suaranya yang merdu.
Untuk pertama kalinya, acara yang menjadi favorit pelaku pembangunan di desa Jatim ini mendapat sponsor Bank BPD Jatim dengan hadiah tabungan bagi penebak jitu kuis yang sengaja di siarkan dan dijawab langsung oleh pemirsa melalui SMS ke studio. Tanggapan masyarakat Jawa Timur yang meledak menandakan bahwa acara ini mendapat perhatian tinggi sehingga di masa depan bisa lebih banyak ditampilkan upaya gotong royong yang memberi inspirasi masyarakat di desa bagaimana mendorong keluarga mampu menolong saudaranya yang masih prasejahtera untuk bergerak maju mengejar ketertinggalannya.
Dalam acara yang menarik itu, para pengasuh Baznas dari pusat dan provinsi dengan gigih menghimbau keluarga kaya yang Muslim membayar zakat agar bisa dipergunakan membantu mendorong keluarga dhuafa mengejar ketertinggalan menjadi makin maju dan mandiri sehingga mampu membayar zakat. Keluarga yang mulai bangkit oleh rekan-rekan BKKBN diajak mengatur keluarganya, yang berkat usaha yang gigih dari para petugas di semua lini dan kerja sama gotong royong masyarakat luas, menurut Kepala BKKBN Provinsi, Enrizal, keluarga Jawa Timur telah mencapai keadaan penduduk tumbuh seimbang, jumlah penduduk yang lahir sama dengan jumlah penduduk yang meninggal dunia.
Karena itu, upaya membangun fungsi keluarga dalam bidang pendidikan dan wirausaha menempati posisi sentral. Keadaan ini sejalan dengan ajakan berbagai perguruan tinggi, yang dalam acara menjelang Hari Proklamasi minggu lalu diwakili oleh Wakil Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya yang tidak saja mendidik putra-putri santri dari desa menjadi sarjana ulung, tetapi selama masa pendidikan menugaskan mahasiswa mengadakan Kuliah Kerja Nyata dan terjun ke desa membantu kaum dhuafa membangun keluarga disertai doa kepada Allah, Tuhan Yang Maha Besar. Kegiatan itu disambut oleh Rektor Universitas Pembangunan Nasional Surabaya yang tidak saja mendidik mahasiswanya mahir dan cerdas tetapi di kampus yang maju ini menciptakan alat-alat pembangunan modern yang siap di pergunakan di perdesaan.
Kepala Pusat Latihan Masyarakat Kementrian Desa PDT dan Transmigrasi, Helmiyati yang diutus Sekjen Kemendes PDTT, Anwar Sanusi meninjau persiapan acara Wisuda Perdana Akademi Desa 4.0 di Surabaya dan diundang pada acara Dialog TVRI memberi gambaran bahwa Akademi yang diresmikan Menteri Desa Eko Priyo Sandjojo adalah komitmen tinggi pemerintah guna meningkatkan kualitas pengelolaan pembangunan desa dan masyarakat desa di seluruh Indonesia. Komitmen yang disertai dana yang dialirkan langsung ke desa itu secara bertahap dikelola dengan punggawa desa yang makin tinggi kualitasnya. Karena itu, pada acara Dialog yang menarik itu, Wakil Rektor Universitas Hang Tuah dengan gamblang menjelaskan bahwa para mahasiswa perguruan tingginya disiapkan mendampingi penduduk daerah pantai dan pulau ikut aktif bergerak membangun wilayah kelautan dan pesisir yang kaya. Seakan rumput laut saja bisa diolah menjadi komoditas laku jual yang sangat menguntungkan.
Tontonan dialog yang dikemas ceria oleh pembawa acara mantan Menko Kesra dan Taskin Haryono Suyono -- yang tidak pernah berhenti mengabdi dan gadis manis pendampingnya, Bella -- yang lincah itu menyajikan juga kegiatan sumbangan perbankan yang peduli terhadap keluarga miskin dan disabilitas. Lembaga bank yang diwakili oleh Ny Mirza dari BPD Jatim dengan tulus memberikan kredit untuk membeli alat produksi berupa mesin jahit elektronik agar dalam jaman industri 4.0 kini, keluarga cacat yang tidak sempurna tetap mandiri karena dukungan mesin elektronik otomatis sebagai alat produksi canggih menghasilkan produk laku jual yang menguntungkan.
Acara yang dikemas padat itu diselingi prosesi tarian menyulap Candi Kidal di Malang menjadi kian lebih anggun dan melahirkan banyak inspirasi. Candi yang indah menjadi desa ikon desa wisata di daerah ini sekaligus untuk menghargai peninggalan nenek moyang yang membawa inspirasi untuk menyatukan bangsa dalam simbol falsafah Bhineka Tunggal Ika.
Kalau desa itu menjadi Desa Wisata tidak mustahil sosialisasi yang simbolnya didapat dari candi itu memberi penghargaan kepada para sesepuh bangsa, nenek moyang kita tercinta, karena mereka meninggalkan inspirasi yang menyatukan bangsa. Siapa tahu generasi muda diingatkan tetap hormat pada penduduk lansia yang di masa muda mengukir sejarah perjuangan sebagai asal mula dari kemajuan yang merambah negara kita tercinta di era industri 4.0 yang serba modern dan melompat maju dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Dialog edukatif itu diakhiri oleh Dr Mulyono yang tampil ceria mengajak seluruh peserta berdiri dan menyanyikan lagu-lagu ciptaan Koes Ploes. Dalam harmoni yang indah mereka melantunkan bait-bait lagu Kolam Susu yang juga sebagai imbauan dan menyemangati generasi jaman now untuk mencintai bangsanya, bergotong royong membangun untuk maju.
*Prof Dr Haryono Suyono, ketua Tim Pakar Menteri Desa PDDT