REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang terduga teroris M. Lutfianto (30 tahun), warga Kelurahan Sumberwetan, Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo, meninggal dunia pada Jumat (17/8). Polisi menyebut, Lutfianto tewas karena dinyatakan gagal ginjal.
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Probolinggo Kota AKBP Alfian Nurrizal mengatakan, informasi yang dia peroleh, tersangka teroris Lutfianto meninggal setelah sempat dirawat di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
"Kalau dirawat berapa lama saya tidak tahu, namun dicek memang hasil ginjalnya kurang baik. Meninggalnya di Jakarta, RS (Polri) Kramat Jati," kata Alfian saat dihubungi, Ahad (19/8) malam.
Sayangnya, Alfian mengaku tidak mengetahui di mana Lutfianto selama ini ditahan. Lutfianto sebelumnya ditangkap Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri karena aksinya yang hendak menyerang polisi dengan pedang di Mapolres Kota Probolinggo, Selasa, 13 Februari 2018. Namun, anggota Sat Reskrim Polres Probolinggo menangkapnya.
"Yang jelas pertama kali kita tangani itu masih di Polda, nah sudah dibawa ke Jakarta atau bagaimana saya tidak tahu. Yang jelas pada sakit dirawat di rumah sakit Kramat Jati sampai meninggal," kata Alfian menjelaskan.
Jenazah Lutfianto pun dibawa ke kampung halamannya di Probolinggo untuk dimakamkan oleh pihak keluarga. Menurut Alfian, pihak kepolisian membantu memfasilitasi pemakaman tersebut. "Kita bantu orang tuanya berangkat ke jakarta dan kita jemput sampai Bandara Juanda," ujar dia.
Baca juga, Mantan Teroris Ramai-Ramai Berikrar Setia ke NKRI.
Sementara itu, mantan kombatan yang tergabung di Yayasan Lingkar Perdamaian berikrar setia kepada NKRI usai mengikuti upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI di Alun-alun Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Jumat (17/8). Ikrar setia dibacakan oleh Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian Ali Fauzi Manzi, mantan teroris yang juga adik kandung Amrozi, pelaku Bom Bali 1, mewakili kawan-kawannya.
Mereka berikrar cinta dan setia kepada NKR. Mantan teroris itu juga siap menjadi duta perdamaian dengan merajut ukhuwah atau persaudaraan, taat dan patuh kepada aturan kehidupan berbangsa dan bernegara, membantu aparatur negara dalam penanganan radikalisme dan terorisme di Indonesia. Selain itu, bersama TNI-Polri menjaga perdamaian dan keutuhan NKRI.
Menurut Ali Fauzi, ini adalah kali kedua ia dan kawan-kawannya mengikuti upacara peringatan HUT ke-73 Kemerdekaan RI. Tahun lalu peringatan HUT Kemerdekaan RI dilakukan Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan yang tak lain adalah kampung halamannya yang pernah dipakai sebagai tempat untuk merakit 1,2 ton Bom Bali 1.
"Ini menjadi tantangan bagi saya karena saya sering menerima pesan di sosial media yang mengatakan bahwa kami, Lingkar Perdamaian, hanya mau melakukan upacara di kandang sendiri (Tenggulun) saja, tidak mau di luar. Ini adalah bagian dari pembuktian bahwa di mana pun saja kami siap," ujar Ali Fauzi dikutip dari siaran pers.