REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai negara mayoritas berpenduduk Muslim dengan perkembangan ekonomi dan tingkat pertumbuhan yang konsisten serta stabilitas politik dan sosial, Malaysia kini memimpin dalam industri halal dunia.
Hari ini, Malaysia adalah pusat halal global terkemuka dengan nilai ekspor tahunan 35,4 miliar ringgit Malaysia untuk produk halal, yang menyumbang sekitar 5,1 persen dari total ekspor untuk negara tersebut. Negara ini menyediakan katering udara halal pertama di dunia di atas maskapai nasionalnya, Malaysia Airlines.
Dengan prestasi ini tak mengherankan bila standar halal Malaysia kini banyak digunakan beberapa perusahaan multinasional global ternama, termasuk Nestlé, Colga te Palmo live, dan Unilever. Portofolio halal Malaysia juga telah berkembang di luar makanan dan minuman, merambah ke berbagai sektor lain, seperti kosmetik, logistik, farmasi, dan yang paling baru, pariwisata.
Labolatorium halal di Malaysia
Kisah sukses Malaysia sebagai pelopor dalam industri halal dimulai pada 1974 ketika Pusat Penelitian untuk Divisi Urusan Islam di Kantor Perdana Menteri mulai mengeluarkan surat sertifikasi halal untuk produk yang memenuhi kriteria halal pada saat itu.
Standar halal pertama yang dirilis pada 2000 merupakan tonggak penting bagi Malaysia karena negara tersebut menjadi negara yang memiliki sistem jaminan halal yang terdokumentasi dan sistematis. Standar halal menjadi dorongan untuk revolusi baru yang telah mengubah halal menjadi kekuatan, dari industri rumahan tradisional menjadi ekonomi baru yang dinamis. Perkiraan nilai pasar global sebesar di industri ini mencapai 2,3 triliun dolar AS.
Perkembangan sertifikasi halal di Malaysia juga telah mendorong Departemen Pembangunan Islam Malaysia (JAKIM) membuat divisi tersendiri yang lebih fokus dan peduli pada industri halal. Realisasinya terwujud pada 2005 yang secara resmi bernama Hub Halal JAKIM. JAKIM adalah lembaga sertifikasi halal pertama di dunia yang bertanggung jawab memantau industri halal.
Logo halal Malaysia/ilustrasi
Mereka melakukan amendemen Undang-Undang Perdagangan Malaysia pada 2011 yang memberi JAKIM mandat yang jauh lebih kuat mengatur industri halal. Program pengenalan JAKIM untuk badan-badan halal internasional adalah program pengenalan sistem halal bilateral yang paling ketat dan dicari di dunia dengan lebih dari 50 badan internasional terdaftar hingga saat ini.
Menyadari potensi ekonomi yang luas dari industri halal, sebuah badan pembangunan bernama Halal Industry Development Corporation (HDC) juga dibentuk di bawah Kementerian Perdagangan dan Industri Internasional (MITI) pada 2008. Badan ini ditugaskan untuk mengembangkan kapasitas industri Malaysia dan membawa investasi langsung asing (FDI) ke dalam negeri.
Malaysia International Halal Showcase (MIHAS)
Malaysia menjadi tuan rumah bagi dua acara tahunan terpenting dalam industri halal, yaitu Malaysia Halal Showcase International (MIHAS) dan World Halal Forum (WHF). Keduanya memainkan peran penting membangun reputasi negara sebagai referensi global dan pusat perda gangan untuk industri halal utama baru sejak 2003. Dengan dukungan penuh pemerintah dan keterlibatan aktif, kredibilitas dan kepemimpinan Malaysia di sektor halal juga diakui Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Masjid
Masjid merupakan bagian integral dari pengembangan komunitas Islam, budaya, dan peradaban di seluruh dunia, termasuk Malaysia. Di Malaysia, masjid dapat ditemukan di hampir setiap kota dan distrik di setiap negara bagian. Di seluruh negeri, azan atau panggilan untuk berdoa dapat didengar berkilo-kilo meter jauhnya dari masjid-masjid ini lima kali sehari.
Selama hari-hari awal, azan didahului suara beduk, instrumen perkusi tradisional, yang menunjukkan kedatangan waktu shalat. Beberapa masjid desa masih menggunakan metode tradisional ini. Gaya arsitektur masjid di Malaysia sangat beragam. Beberapa terinspirasi masjid terbesar di dunia, sementara yang lain mengadopsi desain klasik arsitektur Melayu tradisional. Mayoritas dari mereka menggabungkan elemen lokal dan desain motif.
Masjid Negara Malaysia
Beberapa dari masjid-masjid ini secara global diakui karena keindahannya yang tak tertandingi beberapa, seperti Masjid Kris \tal Terengganu dan Masjid Ubudiah Perak bahkan telah masuk ke daftar masjid paling indah di dunia. Malaysia juga memiliki masjid tertua, Masjid Kampung Laut, yang diyakini setidaknya berusia 250 tahun.
Malaka, Pusat Studi Islam
Malaysia adalah pusat utama perdagangan sejak abad ke- 10. Saat itu, kerajaan-kerajaan Melayu kuno di wilayah utara semenanjung masih di bawah pengaruh Buddha dan Hindu.
Menurut sejumlah sumber, Islam diyakini pertama kali tiba di Malaysia antara abad ke-13 dan ke-14, melalui pedagang Arab dan India-Muslim. Pada saat itu, agama Islam dianut oleh hanya beberapa orang terpilih.
Islam kemudian menyebar luas di wilayah ini dengan kedatangan Parameswara, seorang pangeran Hindu dan raja terakhir Singapura, yang telah mendirikan Kesultanan Melaka pada abad ke-15. Selama masa kejayaannya pada abad ke-15, Melaka menjadi pusat studi Islam yang terkenal.
Islam terus berkembang di semenanjung selama abad ke-15 dan ke-16, yang sangat memengaruhi gaya hidup dan budaya Melayu sampai hari ini. Bukti paling awal tentang kedatangan Islam di Malaysia ditemukan di Terengganu, dalam bentuk batu bertulis kuno yang disebut 'Batu Bersurat'.
Produk Muslim Malaysia
Pada 1303 M, prasasti batu dengan tulisan Jawi berdiri sebagai bukti Islam tiba di wilayah pantai timur semenanjung jauh sebelum Parameswara memeluk Islam.
Bukti lain tentang kedatangan Islam di Malaysia adalah ditemukannya makam yang telah ada sejak abad ke-15 dan tiga pilar tertulis di Pengkalan Kempas, Negeri Sembilan, serta penanda kuburan berukir yang dikenal penduduk lokal sebagai 'Batu Aceh', yang dapat ditemukan di sebagian besar negara bagian di semenanjung.
Bentuk dan prasasti batu memberikan petunjuk penting bagi sejarah awal Islam di negara yang kini dipimpin Perdana Menteri Mahathir Mohammad itu.