Senin 20 Aug 2018 16:03 WIB

Malaysia Tingkatkan Kerja Sama Perdagangan dengan Cina

Mahathir meminta Cina

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Tun Mahathir Mohamad.
Foto: REUTERS/Lai Seng Sin
Perdana Menteri Tun Mahathir Mohamad.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Malaysia dan Cina akan mendorong dan meningkatkan hubungan bilateral, khususnya dalam bidang perdagangan. Hal tersebut diungkap setelah Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad bertemu Perdana Menteri Cina Li Keqiang di Beijing pada Senin (20/8).

Dalam pertemuan tersebut, Mahathir dan Li menandatangani lima kesepakatan di bidang pertanian dan keuangan. Kesepakatan dalam bidang pertanian mencakup ekspor durian beku dari Malaysia ke Cina.

Li mengatakan negaranya siap meningkatkan perdagangan dua arah dengan Malaysia yang mencapai 67,7 miliar dolar AS tahun lalu. Ia menyatakan Cina siap meningkatkan impor minyak sawit Malaysia dan produk pertanian khusus.

“Kami siap untuk terus mendorong (kerja sama) saling menguntungkan dalam menumbuhkan hubungan ini. Kami percaya bahwa kami perlu meningkatkan hubungan baik kami dengan negara tetangga ke tingkat yang lebih tinggi,” kata Li.

Sementara itu Mahatahir mengatakan Cina memiliki banyak hal yang dapat diajarkan kepada Malaysia. “Kami percaya dalam kerja sama antarnegara dan tentu saja kami percaya bekerja sama dengan Cina,” katanya, dikutip laman the Straits Times.

Baca juga, Mahathir Tiba di Cina.

Namun walaupun menginginkan hubungan bilateral diperkuat, Mahathir juga meminta Cina bersimpati pada masalah fiskal Malaysia.

“Saya percaya bahwa Cina akan melihat secara simpatik terhadap masalah yang harus kami selesaikan, dan mungkin membantu kami dalam menyelesaikan beberapa masalah fiskal internal kami,” ujarnya.

Walaupun tak dinyatakan secara eksplisit, tapi pernyataan Mahathir itu diperkirakan menyinggung tentang keinginan Malaysia meninjau kembali proyek infrastruktur di negaranya yang bekerja sama dengan perusahaan Cina. Proyek tersebut antara lain pembangunan East Coast Rail Link (ECRL) senilai 20 miliar dolar AS dan dua jalur pipa gas senilai 2,3 miliar dolar AS.

Mahathir menilai, proyek-proyek tersebut terlalu besar menyedot anggaran negara. Padahal saat ini ia ingin fokus mengikis utang negara yang telah membengkak hingga 1 triliun ringgit.

Setelah bertemu Li, Mahathir dijadwalkan bertemu Presiden Cina Xi Jinping. Mahathir, yang telah berada di Cina sejak Jumat pekan lalu, akan kembali ke negaranya pada Selasa (21/8).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement