REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yohanes Andekala Marcal Lau alias Joni Gala, siswa SMP kelas 1 dari kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) mendapatkan hadiah rumah dan sepeda dari Presiden Joko Widodo. "Pertanyaan terakhir, Joni mau minta apa ke saya?" tanya Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta, Senin (20/8). "Sepeda," jawab Joni singkat.
Joni yang mengenakan seragam SMP kemeja putih dan celana pendek warna biru tersebut hadir dalam acara Silaturahim Presiden dengan Teladan Nasional, Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dan Gita Bahana Nusantara dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-73 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Mendengar jawaban Joni, Jokowi pun menyelanya. "Kamu ini jauh-jauh dari Belu kok hanya minta sepeda? Apa hanya itu?" tanya Presiden. "Minta bikinin rumah saja," jawab Joni sambil tersenyum.
Joni pada Jumat (17/8) memanjat tiang bendera saat upacara peringatan Kemerdekaan ke-73 Republik Indonesia di pantai Motaain, Desa Silawan kabupaten, kecamatan Tasifeto Timur, kabupaten Belu, NTT. "Sudah itu saja, sepeda sama rumah? Dah, jangan nanti saya tanya nambah lagi nanti," kata Presiden.
Yohanis Gama Marschal Lau (14) mengenakan seragam SMP, seorang siswa kelas VII SMP Negeri Silawan, NTT yang dengan sigap memanjat tiang bendera agar Sang Saka bisa dikibarkan pada peringatan HUT RI ke-37 di Atambua.
Presiden secara khusus berbincang-bincang dengan Joni selama sekitar tujuh menit di depan para undangan. "Ini ada tamu masih SMP kelas 1, Jon sini Jon. Dia berani panjat tiang bendera 20 meter, sekali lagi ada yang berani seperti Joni? Tiang yang itu lho ya,bukan tiang yang lain, tiang bendera di sini gede, di sana kecil banget, kalau ada yang berani naik tiangnya yang dinaiki Joni, saya beri sepeda. Menaiki tiang yang kamu lakukan itu ada bahayanya, terus terang waktu saya melihat, mikir khawatir dan cemas, gimana? Kok enggak takut menaiki tiang yang kecil, yang katanya pas kamu sakit perut ya? Bagaimana?" tanya Presiden.
"Begini, pertama saya sakit perut, terus ditarik mundur suruh ke UKS" kata Joni.
"Di ruangan diobati tidak?" tanya Presiden.
"Tidak," jawab Joni yang mengundang tawa.
"Hanya disuruh duduk? Enggak diobati atau dikasih makan?" tanya Presiden.
"Diberi minum," jawab Joni.
"Tidak diberi obat?" tanya Presiden.
"Tidak," jawab Joni.
"Terus kamu duduk, duduk atau tiduran?" tanya Presiden.
"Tiduran," jawab Joni.
"Berarti sakit beneran dong? terus setelah tiduran?" tanya Presiden.
"Terus ada bapak wakil bupati bilang, siapa bisa manjat tiang bendera, langsung saya bangun lari," jawab Joni.
"Kamu tiduran, upacaranya berlangsung, bapak wakil bupati memanggil, siapa bisa manjat tiang bendera, terus?" tanya Presiden.
"Sa langsung buka sepatu ke lapangan," jawab Joni.
Joni Gala saat memanjat tiang bendera
"Terus langsung manjat, enggak bilang ke bapak wakil bupati saya mau manjat?" tanya Presiden.
"Tidak," jawab Joni.
"Langsung naik ke tiang?" tanya Presiden.
"Iya," jawab Joni.
"Yakin bisa naik sampai puncak?" tanya Presiden.
"Yakin," jawab Joni.
"Kenapa yakin? Saya lihat pas kamu sampai di tengah kamu berhenti, ngos-ngosan begitu?" tanya Presiden.
"Iya," jawab Joni.
"Kenapa berhenti?" tanya Presiden.
"Capek," jawab Joni.
"Ya, iya saya lihat waktu sudah sampai setengah kamu sudah ngos-ngosan, sidah capai ini, terus? Berhenti dulu lalu naik lagi?" tanya Presiden.
"Iya," jawab Joni.
"Kenapa yakin, sudah sering manjat-manjat pohon?" tanya Presiden.
"Manjat pinang," jawab Joni.
"Ooh, biasa manjat pinang, sehari berapa kali? Atau sebulan berapa kali? Atau seminggu berapa kali? Sekali sebulan manjat pinang?" tanya Presiden.
"Iya," jawab Joni.
"Tinggian tiang bendera atau pinang?" tanya Presiden.
"Tiang bendera," jawab Joni.
"Iya tiang bendera kan tinggi banget dan pinang pohonnya lebih tinggi, terus setelah manjat sampai di puncak ngapain?" tanya Presiden.
"Talinya diambil terus digigit," jawab Joni.
"Terus melorot ke bawah?" tanya Presiden.
"Iya," jawab Joni.
"Di tengah juga berhenti lagi waktu melorot ke bawah, capai juga?" tanya Presiden.
"Iya," jawab Joni.
"Capek?" tanya Presiden.
"Iya capek," jawab Joni.
"Melorot sampai bawah tetap kamu gigit?" tanya Presiden.
"Iya," jawab Joni.
"Terus sampai di bawah?" tanya Presiden.
"Sudah ada wakil bupati," jawab Joni.
"Terus benderanya bisa naik?" tanya Presiden.
"Iya," jawab Joni.
"Saya titip ya, belajar yang baik, kan sudah dapat beasiswa juga kan? Belajar yang baik, bekerja keras hingga bisa meraih cita-citamu. Pengen jadi apa?" tanya Presiden.
"Jadi tentara," jawab Joni.
"Ya sudah, langsung daftar ke panglima, langsung daftar kamu, jaga kesehatan ya, sudah silakan duduk," jawab Presiden.
Menpora Imam Nahrawi (kiri) berpose bersama Johanes Adekalla atau yang diakrab dipanggil Joni, bocah pemanjat tiang bendera di Atambua NTT. Joni akan diajak menyaksikan Pembukaan Asian Games 2018.
Anak kesembilan dari pasangan Viktor Lino Fahik Marsal dan Lorensa Gama itu pun mendapat tepuk tangan meriah dari para undangan di ruang resepsi Istana Negara.
Presiden Jokowi pun mengatakan apa yang dilakukan Joni sesuatu yang membahayakan dan harus diingatkan. Tapi itulah keberanian dan pengorbanan tanpa pamrih. Jokowi mengatakan, dia kemarin membaca wawancara dengan Joni yang mengatakan ingin agar Merah Putih bisa terus berkibar.
Setelah tanya jawab cukup panjang, Jokowi juga menyampaikan agar Mensesneg (Pratikno) mengajak Joni ke Dunia Fantasi dan Taman Mini. "Mumpung dia di Jakarta, ini kan dunia anak-anak jangan dibawa yang sulit-sulit. Belum pernah kan ke Taman Mini?" tanya Presiden.
"Belum," jawab Joni dari kursinya.
"Ke Dufan belum juga kan?" tanya Presiden.
"Belum," jawab Joni.
"Ya sudah, itu urusan Pak Mensesneg," kata Presiden.