Senin 20 Aug 2018 21:19 WIB

Hipmi Jabar Dorong UKM Go Green, Global, dan Digital

Produk yang ramah lingkungan menjadi salah satu syaratbisa menyentuh pasar ekspor.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Pelaku usahakecil dan menengah (UKM) merajut produk hiasan (Ilustrasi).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Pelaku usahakecil dan menengah (UKM) merajut produk hiasan (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Jawa Barat didorong untuk 'go green, go global, go digital'. Ketiga hal tersebut merupakan tantangan ekonomi ke depan. Karena, saat ini kesadaran menjaga lingkungan menjadi salah satu pondasi agar bisnis bisa terus berkembang. Sebab, kondisi pasar dan regulasi menuntut pengusaha harus punya kepedulian.

"Produk pelaku UKM harus ramah lingkungan, misalnya dari soal kemasan makanan jangan lagi menggunakan plastik dan styrofoam," ujar Programe Director Next Level Hipmi Jabar, Helma Agustiawan, Senin (20/8).

Helma mengakui, kemasan ramah lingkungan memerlukan biaya yang lebih mahal. Namun, banyak pelaku yang sukses diterima pasar karena produknya ikut mengkampanyekan 'go green'. Selain itu, produk yang dihasilkan harus memiliki kandungan racun atau zat tertentu di bawah ambang batas sesuai aturan yang berlaku.

"Konsumen saat ini sudah melek dan peduli soal lingkungan. Sehingga produk yang ramah lingkungan akan punya nilai tambah," katanya.

Menurut Helma, produk yang ramah lingkungan menjadi salah satu syarat untuk bisa menyentuh pasar ekspor. Karena, negara tujuan punya aturan ketat soal produk yang akan masuk seperti negara-negara di Eropa dan negara maju lainnya.

Helma menilai, agar produk bisa mudah beredar di luar negeri, pihaknya mendorong pelaku UKM melakukan kerjasama dengan pelaku asing. Cara ini dianggap lebih aman dan terukur mengingat pelaku asing lebih paham situasi dan kondisi di lapangan.

"Kerja sama dengan pelaku asing akan sangat bermanfaat. Pelaku UKM kita akan bisa belajar dari mereka," katanya.

Tidak hanya itu, pelaku harus menerapkan digitalisasi terutama dari sisi pemasaran. Saat ini, pasar menuntut kemudahan dalam mendapatkan barang dan jasa. Namun, hal itu bukan perkara mudah karena butuh biaya tinggi membangun infrastruktur IT. 

Pelaku tidak perlu khawatir karena biaya yang dikeluarkan bagian dari investasi dan akan segera tergantikan dari lompatan gerak bisnis. "Digitalisasi sudah menjadi keharusan dan akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas," katanya.

Helma menjelaskan, Hipmi Jabar rutin dua kali dalam sebulan menggelar workshop bagi pelaku UKM agar bisa go green, go global dan go digital. Kegiatan tersebut berisi narasumber serta praktisi terbaik. Hipmi berharap, mampu menjaring dan menghasilkan pelaku terpilih untuk dipertemukan dengan pembeli dan investor asing di akhir tahun ini.

"Pelaku UKM terpilih akan kita pertemukan dengan buyer serta investor dari Asia Pasifik yakni Jepang dan Korsel. Juga dari Eropa yakni Belanda. Bahkan ada dari Pakistan juga," katanya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement