Selasa 21 Aug 2018 12:46 WIB

Gebyar Batik Sleman 2018 Digelar Akhir Pekan Ini

Ini sebagai media untuk semakin mengenalkan tradisi batik ke seluruh dunia.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Kepala Unit Budaya United Nations of Education, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) Bernard A. Zako (kanan) melihat proses pembuatan batik dengan teknik jumputan di Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (19/1).
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Kepala Unit Budaya United Nations of Education, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) Bernard A. Zako (kanan) melihat proses pembuatan batik dengan teknik jumputan di Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (19/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gebyar Batik Sleman 2018 akan kembali digelar. Bertempat di Hotel Alana, gelaran yang akan berlangsung pada 24-26 Agustus 2018 ini akan ditutup Jogja International Batik Biennale (JIBB) pada 6 Oktober 2018 mendatang.

Pagelaran rutin yang berlangsung setiap dua tahun ini akan mengambil tema "Innovation for Sustanable Future". Tujuannya, untuk mempertahankan predikat Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia yang ditetapkan World Craft Council.

Tema itu sendiri dipilih sesuai dengan perjalanan batik di Indonesia yang terus berinovasi. Baik dari segi corak batik, strategi pemasaran, sampai proses produksi yang ramah lingkungan.

Selain itu, pada festival itu akan diramaikan dengan bazaar dan pameran batik, pagelaran busana, dan bincang-bincang. Ada pula lomba desain busana batik khas Kabupaten Sleman dan pelatihan langsung ''Ayo Membatik''.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman, Tri Endah Yitnani mengatakan, kegiatan itu merupakan usaha pemerintah untuk senantiasa berkontribusi. Terutama, terhadap perkembangan batik di Indonesia.

Sekaligus, lanjut Endah, sebagai media untuk semakin mengenalkan tradisi batik ke seluruh dunia. Saat ini, terdapat 500 pengrajin batik yang siap memberi edukasi membatik langsung kepada masyarakat melalui ''Ayo Membatik''.

"Diharapkan melalui acara 'Ayo Membatik' dapat meregenerasi gerakan membatik mulai dini," kata Endah melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (21/8).

Endah menekankan, Pemkab Sleman telah melakukan sejumlah usaha mendukung DI Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia. Salah satunya, lewat Peraturan Bupati Nomor 35 Tahun 2015 tentang Tata Kelola Batik Sleman.

Perbup itu berisikan pegawai di ruang lingkun Kabupaten Sleman diharuskan untuk menggunakan batik yang sesuai dengan aturan Perbup. Yaitu, batik tulis, batik cap atau batik tulis dan cap (kombinasi).

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Tri Saktiyana menuturkan, Gebyar Batik Sleman 2018 ini merupakan usaha untuk memberikan edukasi. Utamanya, dalam pengenalan batik sesungguhnya bukan batik-batikan.

Sebab, ia mengingatkan, kriteria batik sesungguhnya yang telah diakui World Craft Council menitikberatkan kepada proses di balik pembautan batik itu sendiri. Karenanya, edukasi langsung penting dilakukan.

"Edukasi sekaligus menjual batik sesungguhnya, bukan printing, yakni yang melalui proses pemalaman atau perintangan yang dapat dilakukan menggunakan canting tulis atau canting cap," ujar Tri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement