Selasa 21 Aug 2018 17:59 WIB

Mengais Berkah dari Menyusutnya Air Rawapening

Warga dapat menanam padi dengan memanfaatkan lahan sedimentasi

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah Warga menyiangi lahan tanaman padi yang mereka tanam di atas lahan sedimentasi pinggiran Rawapening, di kawasan Jembatan Biru, Dusun Sumurup, Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Penyusutan elevasi  Rawapening dimanfaatkan sejumlah warga pemilik karamba ikan untuk bercocoktanam.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Sejumlah Warga menyiangi lahan tanaman padi yang mereka tanam di atas lahan sedimentasi pinggiran Rawapening, di kawasan Jembatan Biru, Dusun Sumurup, Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Penyusutan elevasi  Rawapening dimanfaatkan sejumlah warga pemilik karamba ikan untuk bercocoktanam.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN — Berkurangnya debit air Rawapening, memberikan berkah tersendiri bagi sebagian warga Dusun Sumurup, Desa Asinan, Kabupaten Semarang. Mereka dapat menanam padi dengan memanfaatkan lahan sedimentasi akibat menyusutnya danau alam ini.

Salah satunya adalah Suroto (56) yang memanfaatkan sedimentasi di sekitar Jembatan Biru, atau kawasan hulu sungai Tuntang di wilayah Dusun Sumurup. Ia memanfaatkan sedimentasi  di sekitar keramba ikan ini untuk menanam tiga petak tanaman padi.

Ditemui saat menyiangi tanaman padi di kawasan Jembatan Biru, ia menuturkan, saat ini ia menggarap hampir 600 meter persegi, di atas tanah sedimentasi. Lokasi ini sebelumnya merupakan salah satu titik pembersihan gulam enceng gondok yang dilakukan oleh Kementerian PUPR.

photo
Danau Rawapening.

Di kawasan Jembatan Biru ini, ia tidak sendiri. Setidaknya ada empat orang penggarap lahan sedimentasi hulu sungai Tuntang ini. “Sejak dua bulan terakhir air Rawapening menyusut dan lahan sedimentasi yang muncul kami tanami,” jelasnya, Selasa (21/8).

Bahkan lanjutnya, beberapa penggarap ini juga pemilik karamba ikan yang ada di sekitar Dusun Sumurup. Mereka sementara mencari nafkah dari menanam padi dengan memanfaatkan sedimentasi Rawapening yang sedang menyusut. Ia sendiri mengaku, mulai menggarap tanah sedimentasi ini sejak dua bulan yang lalu.

“Dengan umur tanaman rata- rata 110 hari, perkiraan kami akhir bulan September nanti sudah bisa panen,” jelasnya.

Sumiyati (44), salah seorang penggarap lainnya mengaku, untuk menggarap lahan sedimentasi ini sangat diuntungkan. Selain air untuk kebutuhan tanaman padi cukup tersedia, penggarap juga tidak harus repot- membalik dan menggemburkan tanah.

Hanya saja, jelasnya, rumput dan beberapa gulma air gampang sekali tumbuh di antara tanaman padi. Sehingga para petani harus rajin untuk menyiangi dan membersihkan gulma air tersebut. “Sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman padi,” ungkapnya.

Sumiyati juga mengakui, aktivitas menanam di lahan sedimentasi ini sudah jamak dilakukannya, saat air Rawapening menyusut akibat musim kemarau. Walaupun hanya sekali tanam, tetapi hasilnya lumayan jika tanaman padi dirawat dengan baik.

Saat ini ia menggarap sekitar 600 meter persegi dan ditanami padi. Jika hasil panen  bagus serta maksimal, rata- rata bisa menghasilkan sekitar 8 kuintal gabah kering panen.

“Setidaknya bisa mencukupi untuk kebutuhan serama karamba tidak bisa memberikan hasil yang maksimal,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement