REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukan elektabilitas pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, masih tertinggal jauh dari pasangan capres pejawat. Peneliti LSI Adjie Alfaraby mengatakan, pasangan Prabowo-Sandiaga harus melakukan gebrakan besar untuk meningkatkan elektabilitas.
Dalam survei terbaru LSI, pasangan Prabowo-Sandiaga Uno memiliki elektabilitas 29,5 persen. Sementara pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin memiliki elektabilitas 52,2 persen. Adjiemengatakan, pasangan penantang harus melakukan gebrakan besar jika melihat survei saat ini.
Sebab, masih ada sekitar 19,4 persen responden yang belum menentukan pilihan. Menurut dia, selisih dua digit antara pasangan penantang dan pejawat sulit untuk dikejar jika tim Prabowo-Sandiaga tidak bisa memainkan isu tepat saat kampanye.
"Gebrakan besar itu dari sisi isu harus ada isu yang sifatnya memang menyentuh pemilih mayoritas. Kemudian strategi pemenangannya juga harus dua hingga tiga kali lipat dibanding Jokowi, mesin partainya juga," katanya di Jakarta, Selasa (21/8).
Adjie mengatakan, bakal cawapres Sandiaga memiliki potensi dalam menggaet pemilih perempuan. Meski survei membuktikan pasangan pejawat masih unggul 20,2 persen, Sandiaga belum penuh menunjukan pengaruhnya.
Pasangan Jokowi-Ma'ruf, kata dia memeroleh elektabilitas di kalangan perempuan 50,2 persen. Sementara Prabowo-Sandiaga hanya 30 persen. Namun, kehadiran Sandiaga menambah dukungan kaum perempuan bagi Prabowo. Sebelumnya, Prabowo hanya memiliki elektabilitas 25,2 persen di kalangan perempuan.
"Pengaruhnya belum kelihatan karena ini baru awal. Sandi baru ngoomong itu beberapa hari yang lalu, baru delapan hari berjalan, kampanye juga belum. Peluangnya ada, tapi mampu melampaui atau enggak, tergantung," ujar dia.
Selain menggaet kalangan perempuan, lanjut dia, isu yang bisa dimainkan Prabowo-Sandiaga adalah permasalahan ekonomi. Menurut Adjie, hadirnya Ma'ruf sebagai pendamping Jokowi hanya menambal lubang isu keumatan pada pejawat. Namun, tidak untuk isu lain.
"Infrastruktur memang banyak dibangun. Tapi masih ada isu lapangan kerja dan harga pangan yang naik. Ini bisa dimainkan dengan isu keumatan, dielaborasi Prabowo dalam menantang Jokowi," kata dia.
Ia menilai, isu ekonomi dapat juga menarik suara kaum milenial untuk Prabowo-Sandiaga. Pasalnya, saat ini pasangan Jokowi-Ma'ruf masih menang telak dalam elektabilitas di kalangan milenial (usia 17-39 tahun).
Pasangan Jokowi-Ma'ruf mengantongi 50,8 persen elektabilitas di kalangan milenial. Sementara Prabowo-Sandiaga hanya 31,8 persen. Namun, masih ada 17,4 persen milenial yang belum menentukan pendapat.
"Isu akan penting untuk menarik pemilih milenial, salah satunya lapangan kerja. Kalau perkotaan memang lebih variatif, tapi di pedesaan isu lapangan kerja sangat penting," kata Adjie.