REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemuka agama senior Iran Ahmad Khatami mengatakan, Teheran akan menyerang balik Amerika Serikat (AS) jika mereka berani menyerbu Iran. Khatami mengatakan, sekutu-sekutu Paman Sam di Timur Tengah seperti Israel akan ikut menjadi target dari pembalasan tersebut.
"AS menegaskan jika Iran harus mengikuti semua yang diminta. Itu bukanlah sebuah negosiasi tapi kediktatoran dan Iran akan melawan diktator," kata Ahmad Khatami.
Pernyataan itu diungkapkan Ahmad Khatami kepada jamaah saat menghadiri shalat Eid di Tehran. Dia mengatakan, tawaran perundingan langsung yang dilontarkan Presiden AS Donald Trump kepada para pemimpin Iran sangat tidak bisa diterima.
Presiden Donald Trump sebelumnya bersedia mengadakan diskusi dan negosiasi dengan pemimpin Iran tanpa prasyarat apapun. Hal itu diungkapkan presiden ke-45 itu dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih. Trump mengaku siap bertemu siapapun dan kapanpun sesuai dengan keinginan Iran.
Namun, Gedung Putin mengatakan, kalaupun pertemuan diadakan, bukan berarti sanksi ekonomi yang akan diterapkan kepada Teheran akan ditangguhkan atau bahkan diangkat. Pertemuan kemungkinan akan dimanfaatkan AS untuk membicarakan program nuklir Iran dan aktifitas mereka di timur tengah.
AS Disebut Kembali Bermimpi Kudeta Pemerintahan Iran
"Saya ingin bertemu tapi tidak tahu apakah mereka siap atau tidak. Saya mengakhiri pakta nuklir karena itu merupakan kesepakatan yang konyol dan saya percaya mereka pada akhirnya akan memohon agar dilakukan diskusi," kata Trump.
Meski demikian, pemerintah Iran mengaku skeptis dengan keinginan pertemuan yang diinisiasi AS itu. Teheran berpendapat jika diskusi dengan Iran hanya akan terjadi jika Paman Sam kembali kedalam pakta nuklir 2015.
Teheran menegaskan, diskusi dengan Iran hanya akan terjadi jika AS menghormati hak-hak bangsa sambil mengurangi permusuhan dengan Iran. Pemenuhan hal-hal diatas akan membuka jalan untuk dapat dilakukannya pembicaraan antara Iran dan AS.
"Dia yang percaya jika dialog dapat menjadi metode untuk memecahkan masalah secara beradab harus berkomitmen tentang hal itu," kata Penasehat Politik Presiden Rouhani, Hamid Aboutalebi.