REPUBLIKA.CO.ID, ADELAIDE -- Salah satu universitas di Australia University of Adelaide telah memasang iklan mencari dosen khusus wanita. Hal itu sebagai usaha mendorong semakin banyak perempuan masuk ke bidang teknik, komputer, dan matematika.
Untuk pertama kalinya, universitas tersebut menggunakan pasal khusus dalam UU Kesamaan Kesempatan (Equal Opportunity), yang memberi kesempatan kepada 'kelompok yang tidak diuntungkan' yaitu khusus perempuan untuk menjadi dosen. Saat ini, jabatan profesor, dosen senior dan dosen biasa di Fakultas Teknik, Komputer dan Ilmu Matematika 85 persen adalah laki-laki.
Wakil dekan di fakultas tersebut Peter Ashman mengatakan mereka selalu mengalami kesulitan untuk menarik perempuan untuk mendaftarkan diri bagi pekerjaan mengajar di sana. "Kami mengalami kesulitan dalam hal ini, dan karenanya performa kami tidak sebaik yang kami harapkan." katanya.
"Ini sudah menjadi masalah sejak saya menjadi mahasiswa S1, 30 tahun lalu."
"Sudah ada usaha besar ketika itu untuk menarik perempuan untuk masuk ke profesi bidang teknik, baik sebagai mahasiswa, maupun staf. Walau sudah ada kemajuan namun masih belum cukup."
Unversity of Melbourne dan Monash University keduanya di Melbourne juga sudah pernah membuat iklan dengan posisi khusus untuk perempuan.
Mengapa bukan calon terbaik saja bagi sebuah pekerjaan?
Calon anggota senat di parlemen Australia Selatan dari Partai Australian Conservatives Riki Lambert mengatakan pekerjaan seperti seharusnya diberikan kepada calon yang terbaik. "Kami tidak setuju dengan target kemajemukan, yang mengharuskan jenis tertentu yang mendapat perhatian dan mendapat keuntungan dibandingkan yang lain." kata Lambert.
"Semua usaha untuk melakukan hal ini dengan melakukan hal yang khusus ternyata juga tidak mencapai hasil yang kita maui, dan contoh yang paling jelas adalah apa yang kita lihat di bidang STEM (sains, teknologi, teknik dan matematika).
Riki Lambert mengatakan perempuan dan remaja putri sudah menunjukkan ketertarikan pada bidang STEM. Menurut dia, 'pemerintah dan universitas tidak perlu berlari terlalu di depan masyarakat dengan target seperti ini."
Professor Ashman mengatakan sistem yang ada sekarang ini bersifat tidak adil untuk perempuan. Hal itu dibuktikan dengan sedikitnya perempuan yang melamar dan mendapat pekerjaan di bidang tersebut.
"Ini adalah usaha membuat organisasi kita lebih baik, membuat kita lebih majemuk dan menjadi lebih inklusif." katanya.
"Masyarakat akan memerlukan insinyur yang pintar, dan juga ahli matematika dan komputer untuk menyelesaikan masalah, dan bila kita tidak mencarinya dari seluruh kolam yang ada, kita akan menghadapi masalah."
Fakultas Sains Universitas Adelaide juga dalam waktu dekat akan membuka lowongan pekerjaan khusus untuk dosen wanita saja. Secara keseluruhan 40 persen staf akademis di sana adalah perempuan.
Menurut data dari Engineers Australia, hanya 6 persen murid perempuan dan 11,5 persen murid laki-laki sekarang belajar matematika lanjutan di tingkat sekolah menengah. Pada 2001, angkanya adalah 8 dan 16 persen.
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini