REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier menyerukan masyarakat Jerman melawan rasialisme dan diskriminasi. Menurutnya dua tindakan itu telah melanggar martabat manusia.
"Rasialisme dan diskriminasi melanggar martabat manusia dan merusak demokrasi kita. Mereka mereduksi apa yang sudah kita raih di negara ini," kata Steinmeier pada Rabu (22/8), dikutip laman Anadolu Agency.
Hal itu ia ungkapkan ketika mengundang sekelompok warga Turki dan Jerman ke kantornya. Ia ingin mendengar pandangan mereka tentang migrasi, integrasi, diskriminasi dan rasialisme dalam kehidupan sehari-hari.
Steinmeier menyatakan penyesalan atas banyaknya laporan rasialisme dan diskriminasi, terutama yang dihadapi serta dialami kalangan imigran. Menurunya, hal itu telah menimbulkan rasa malu bagi Jerman.
“Saya tidak bisa melupakan kisah-kisah ini (rasialisme-diskriminasi), mereka membuatku tidak nyaman. Kami sebagai masyarakat tidak boleh acuh tak acuh terhadap mereka, dan kami pasti tidak seharusnya menyembunyikannya,” kata Steinmeier.
Ia menggarisbawahi para migran telah turut berkontribusi dalam perekonomian Jerman. Oleh karena itu, mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga lainnya.
"Kami telah mencapai ini bersama, dan sebagai presiden negara ini, saya ingin mengucapkan terima kasih untuk itu," ujarnya.
Sekitar 19,3 juta orang dari 81,7 juta penduduk Jerman adalah imigran atau keturunannya. Imigran Turki menjadi kelompok terbesar di Jerman dengan perkiraan populasi 2,8 juta jiwa, diikuti Polandia 2,1 juta jiwa, dan warga Rusia 1,4 juta jiwa.
Rasialisme meningkat di Jerman dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu didorong partai-partai sayap kanan yang mengeksploitasi ketakutan atas krisis pengungsi dan terorisme.