REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua tahun setelah menaklukkan Konstantinopel pada 1453 M, Sultan Mehmed II, khalifah Kesultanan Turki Usmani, membuat titah. Ia menginginkan roda perekonomian Istanbul—nama baru bagi Konstantinopel—segera dihidupkan. Terlebih, Hagia Sophia yang ketika itu dialihfungsikan menjadi masjid membutuhkan dana.
Guna menghidupkan perekonomian Istanbul, Sultan Mehmed II yang bergelar Al-Fatih atau “Sang Penakluk” memerintahkan pembangunan sebuah pasar. Atas perintah Sang Sultan yang berkuasa dari 1451 hingga 1481 itu, pembangunan konstruksi pasar yang dikenal Kapalicarsi atau Grand Bazaar itu dimulai pada tahun 1455 dan selesai pada 1461.
Grand Bazaar atau dalam bahasa Turki disebut dengan Kapalicarsi merupakan sebuah pasar tertutup yang terbesar di dunia. Kapalicarsi terletak di salah satu kota besar di Turki, Istanbul. Pasar tertutup ini memiliki lebih dari 4.400 toko dan 3.000 firma. Inilah surga bagi orang-orang yang senang berbelanja dan mereka yang ingin merasakan keramahan orang-orang Turki.
Kini, Kapalicarsi memiliki 22 pintu masuk yang tersebar di seluruh wilayah pasar dengan empat gerbang utama. Tak kurang dari 25 ribu orang bekerja di pasar itu. Mereka siap melayani para pembeli. Di pasar itu pula terdapat puluhan kafe, tempat bagi pengunjung yang ingin istirahat sejenak setelah lelah berburu barang.
Kapalicarsi
Di pasar itu, terdapat empat air mancur yang airnya dapat menjadi pelepas dahaga para pengunjung. Selain itu, di pasar itu berdiri dua buah masjid bagi kaum Muslim yang bekerja serta yang berbelanja agar tetap bisa menunaikan ibadah shalat lima waktu.
Tepat di jantung pasar peninggalan Dinati Ottoman ini terdapat dua bedestenatau susunan kubah yang terbuat dari batu. Di bawah kubah tersebut dipakai untuk penyimpanan dan penjualan barang mewah. Kedua bedesten ini berjarak kurang dari 50 meter dan menghadap ke arah yang berbeda. Keduanya dikelilingi oleh toko-toko dan tenda-tenda pedagang.
Para peneliti memperkirakan luas pasar tersebut telah bertambah tiga kali lipat dari ukuran aslinya pada akhir pemerintahan Sultan Mehmed II. Kedua bedesten tersebut disebut dengan nama Bedesten Lama dan Bedestan Sandal.
Bedesten Lama, atau yang disebut sebagai Cevahir Bedesteni(bedesten perhiasan) memiliki beberapa nama, seperti Bedesten Dalam atau Bedesten Besar. Bedesten Lama terletak di pusat pasar tertutup Kapalicarsi dan membentang dari timur ke barat.
Wisatawan Indonesia sering menyambangi Grand Bazaar di Istanbul, Turki. Tak heran jika ada saja pedagang yang menawarkan dagangannya dalam bahasa Indonesia yang sepotong-sepotong.
Bedesten ini terdiri dari 44 sel batu (mahzen) di sekeliling persegi panjang berukuran 29,4 x 45,3 meter dan terdiri dari 15 kubah kecil yang dibangun di tiga lajur. Delapan pilar yang menyangga atap tersebut dihiasi oleh kopula-kopula kecil untuk eksteriornya.
Sebanyak 56 toko berdiri mengelilingi Bedesten Lama ini. Mayoritas jalanan pasar tertutup ini selaras dengan dinding bedesten. Jalanan tersebut berasal dari pintu gerbang pasar yang membentang dari utara ke selatan dan timur ke barat. Selain mengandalkan lampu, cahaya juga masuk ke dalam pasar dari jendela yang berada di dinding penyangga bedesten.
Bedesten Lama berfungsi sebagai tempat penjualan perhiasan dan perdagangan budak. Namun, sejak perdagangan budak dilarang sejak 1847, tempat ini murni menjadi tempat penjualan perhiasan. Selain itu, bedesten ini juga digunakan oleh seluruh pasar sebagai tempat penyimpanan uang dan barang-barang berharga. Ruangan di dalamnya kini banyak berdiri tenda-tenda kayu untuk berdagang.
Bedesten kedua disebut sebagai Bedesten Sandal atau Bedesten Kecil atau Bedesten Baru karena dibuat setelah Bedesten Lama. Bedesten ini terletak di sebelah tenggara Bedesten Lama. Tepatnya di seberang Masjid Nurousmaniye. Bedesten ini berukuran lebih kecil, yaitu 38,8 x 32 meter dan ditutup dengan dua puluh kubah kecil yang disangga dengan 12 pilar.
Kapalicarsi: Pasar Tertutup Tertua di Dunia
Bedesten ini dikelilingi oleh bangunan tidak teratur. Disebut Bedesten Sandal karena di dalamnya banyak dijual pakaian yang terbuat dari bahan ‘sandal’. Baik Bedesten Lama maupun Baru dindingnya terbuat dari batu, kubah terbuat dari bata, dan pilarnya terbuat dari batu. Pintu besinya yang berat diperkuat dengan paku.
Untuk masuk ke dalam pasar tertutup ini, terdapat empat pintu gerbang yang terletak di ujung dua jalan utama pasar, yaitu jalan utara-selatan Yagliklar (pembuat minyak lampu) dan jalan timur-barat Kalpakcilar (pembuat topi bulu), yang berpotongan di dekat sudut tenggara pasar.
Jalan Kalpakcilar terhubung ke Masjid Bayezid dan Bayezid Square di bagian barat dengan Masjid Nuruosmaniye di bagian timur. Gerbang di lokasi-lokasi ini ditambahkan selama renovasi pada 1894 dan dihiasi dengan monogram Sultan Abdul Hamid II.
Gerbang tersebut ditutup setelah seluruh aktivitas jualbeli selesai dan para penjaga mengawasi seluruh daerah pada malam hari. Selain dua jalan utama, Kapalicarsi juga memiliki jalan-jalan kecil lain yang dinamakan sesuai dengan barang yang dijual di toko-tokonya, seperti Aynacilar (penjual cermin) dan Kuyumcular (perhiasan).
Meskipun struktur asli pasar ini dipertahankan, karakteristik bangunan aslinya sudah menghilang. Fungsi dan administrasi pasar telah berubah sejak awal abad ke-19. Perubahan dalam industri dan ekonomi Turki serta perubahan demografi Kota Istanbul secara efektif telah mengubah kerajinan tradisional yang dijual menjadi tokotoko modern dengan gaya barat, toko-toko cenderamata untuk para wisata yang menghiasi sebagian besar pasar pada saat ini.
Dulu toko-toko di pasar tersebut hanyalah sebuah tenda-tenda yang dipisahkan oleh kayu tipis yang hanya ditutup dengan kain pada malam hari. Namun, kini hampir semua toko secara permanen menggunakan lemari pamer yang terbuat dari kaca.
Sebagai jantung perekonomian Kota Istanbul, Kapalicarsi telah beberapa kali mengalami renovasi setelah pembangunannya yang pertama kali pada tahun 1455 di bawah perintah Sultan Mehmed. Gedung ini diperluas besar-besaran pada abad ke-16 di bawah pemerintahan Sultan Sulaiman. Pada saat itu, pasar ini dindingnya dibuat dari bahan kayu.
Bangunan ini telah mengalami sejarah yang panjang, termasuk dihanguskan oleh api dan diruntuhkan oleh gempa bumi. Api melalap Grand Bazar Istanbul ini pada 1546, 1589, dan 1618. Pada 1652, api yang berasal dari Bedesten Lama kembali membakar toko-toko di sekelilingnya.
Hampir seluruh kota termasuk Kapalicarsi hangus dilalap api pada tahun 1660. Tiga puluh lima tahun setelahnya, api kembali menghabiskan bangunan toko. Kejadian yang sama terulang pada 1701. Pada pembangunan kembali toko-tokonya, bangunan yang tadinya dibangun dari kayu dibangun dengan batu. Namun, api kembali merusak pasar pada 1750 yang diikuti oleh penjarahan. Perbaikan baru dilakukan pada 1766 setelah daerah tersebut diguncang gempa.
Menteri Pekerjaan Umum Turki Usmani, di bawah pimpinan Abdul Hamid II, Mahmud Celaleddin Pasa, merancang ulang pasar tertutup tersebut setelah gempa bumi menghancurkan struktur dan kubahnya pada 1894. Luas pasar diperkecil dengan menghilangkan kubah dan membuat pintu gerbang baru di rute utama pasar.
Struktur bangunan diperkuat dengan besi dan kubah didekorasi dengan sangat indah. Perbaikan dilakukan selama lima tahun, menyusul gempa bumi pada tahun 1954. interiornya dicat ulang pada tahun 1980. Hari ini, pasar tertutup ini mempertahankan luasnya pada tahun 1894 dengan 61 jalan di atas tanah seluas 30,7 hektare. Akan tetapi, banyaknya renovasi menyebabkan karakteristik bangunan hilang meskipun struktur bangunan masih dipertahankan seperti aslinya.
Berdasarkan keterangan Evliya Celebi dalam bukunya yang berjudul Seyahatname, di pasar Kapalicarsi ini terdapat 4.399 toko, 2.195 ruangan, 497 toko kecil, dua restoran, 12 kantor, satu masjid, 10 mushala, satu hamam, 19 air mancur, delapan sumur dengan pompa, 24 penginapan, satu sekolah dan makam.
Namun, pengurangan luas pasar membuat beberapa jalan yang tadinya terletak di dalam pasar kini terletak di luar pasar. Kini pasar tersebut memiliki dua masjid, dua hamam, empat air mancur, dan beberapa restoran. Kompleks ini memiliki 12 bangunan utama yang dapat diakses melalui 22 pintu masuk.
Di dalam pasar, toko-toko tidak berdiri sembarangan. Toko-toko dikelompokkan berdasarkan barang-barang yang dijual. Misalnya, toko perhiasan dikelompokkan di dekat Bedesten Lama, lalu ada juga kelompok toko yang menjual jaket kulit, atau sesuatu yang tematik. Hal ini bertujuan agar para pembeli tidak kebingungan dalam mencari barang yang diinginkan.
Salah satu pintu gerbang yang menjadi akses menuju pasar bernama Gerbang Nuruosmaniye yang berarti Cahaya Ottoman. Gerbang ini membawa pengunjung langsung menuju toko-toko yang menjual perhiasan. Harga perhiasan di tokotoko tersebut tidaklah murah, namun tawarmenawar tentu saja dihalalkan di sini. Terdapat berbagai macam model emas dan berbagai jenis batu, seperti batu safir, ruby, dan emerald.
Benda lain yang akan dicari orang di pasar ini adalah karpet. Barang yang juga paling dicari di pasar ini adalah kain atau pakaian berbahan kulit. Toko-toko yang menjualnya dapat ditemukan di sebuah ruas jalan yang bernama Bagian Bahan Kulit. Juga terdapat keramik pajangan yang indah, jam antik, ataupun kaligrafi. Salah satu yang termurah di pasar tersebut adalah batu amber yang dapat ditemukan di hampir seluruh lokasi pasar.