REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan konsumsi swasta pada kuartal ketiga 2018 bisa tumbuh sekitar 5,2 persen. Hal itu salah satunya didorong oleh Asian Games yang kini tengah berlangsung.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, acara besar seperti Asian Games memberikan dampak pada pertumbuhan konsumsi. "Dampak event atau kegiatan besar seperti Asian Games, Pileg atau pemilu, World Bank-IMF Meeting, dan lainnya terhadap konsumsi dihitung dalam komponen LNPRT (Lembaga Nonprofit Rumah Tangga)," ujarnya kepada Republika, Jumat (24/8).
Ia menyebutkan, proyeksi BI LNPRT akan tumbuh sekitar 13 persen pada kuartal ketiga tahun ini. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan LNPRT pada kuartal 2 2018 yang sebesar 8,71 persen.
"Dengan pertumbuhan tinggi tersebut, konsumsi swasta pada kuartal ketiga 2018 diperkirakan tumbuh sekitar 5,2 persen. Jadi kurang lebih sama dengan pertumbuhan konsumsi swasta pada pada kuartal dua yang lalu," tutur Dody.
Sementara, saat ini kurs rupiah masih berada di level Rp 14.600 per dolar AS. Menanggapi itu, sebelumnya Dody mengatakan BI telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin menjadi 5,5 persen.
Ia menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan tahun ini sudah sebanyak 125 basis poin. Hal itu bertujuan memberikan sinyal ke pasar kalau BI selalu menjaga nilai tukar rupiah sekaligus memprioritaskan kestabilan kondisi ekonomi.
"Kenaikan itu sudah membantu untuk menahan lebih dalam rupiah. Kalau kemarin suku bunga tidak naik mungkin akan lain cerita," tegas Dody.
Ia menegaskan, faktor ekonomi global masih menjadi penyebab utama melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS. Maka, BI memastikan bakal selalu berada di pasar demi menahan pelemahan tersebut.
Pasalnya, kata Dody, posisi kurs rupiah sekarang sudah di luar fundamentalnya. "Jadi BI lakukan intervensi. Intervensi BI bisa melalui pasar valuta asing maupun obligasi," ujarnya.