Jumat 24 Aug 2018 19:17 WIB

LSI: Jokowi-Ma'ruf Menang di Enam Kategori Pemilih Muslim

Survei LSI menunjukan Jokowi-Ma'ruf unggul di enam kategori pemilih muslim.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Bayu Hermawan
Peneliti LSI Rully Akbar saat konferensi pers Pemilih Muslim VS Pemilih Muslim: Jokowi atau Prabowo? di Jakarta, Jumat (24/8).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Peneliti LSI Rully Akbar saat konferensi pers Pemilih Muslim VS Pemilih Muslim: Jokowi atau Prabowo? di Jakarta, Jumat (24/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan mayoritas pemilih Muslim mendukung pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin. Dalam enam kategori yang disurvei, elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf berhasil mengungguli pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Peneliti LSI Rully Akbar mengatakan, survei dilakukan berdasarkan kategori asosiasi dengan organisasi masyarakat (ormas), pandangan agama dan politik, tipe negara ideal, frekuensi praktik salat, frekuenai membaca Alquran, serta kategori tokoh panutan.

"Ini bukan artian head to head, tapi melihat segmen latar belakang mereka (pemilih)," katanya di Jakarta, Jumat (24/8).

Pada kategori pertama, ormas Nahdlatul Ulama (NU) menjadi penyumbang elektabilitas paling besar dengan populasi 41,3 persen. Sementara Muhammadiyah hanya memiliki suara 6,7 persen, 3,6 persen dari Persaudaraan Alumni (PA) 212, serta 1,4 persen dari ormas lainnya.

Rully mengatakan, masyarakat komunitas NU memiliki populasi yang paling besar, bahkan enam kali lipat dibanding komunitas lainnya. Dari kalangan NU, Jokowi-Ma'ruf meraih elektabilitas 54,7 persen, sementara Prabowo-Sandiaga hanya 27 persen. "Dari semua ormas, mayoritas di belakang Jokowi-Ma'ruf untuk konteks sekarang. Hanya PA 212 di Prabowo-Sandiaga," ujarnya.

Pada kategori pandangan agama dan politik, masyarakat yang berpandangan agama dan politik tak bisa dipisahkan memiliki populasi yang lebih tinggi dengan angka 45,1 persen. Sedangkan, masyarakat yang berpandangan agama harus terpisah dengan politik hanya 39,2 persen, sementara 15,7 persen tidak tahu atau tidak menjawab.

Pasangan Jokowi-Ma'ruf meraih elektabilitas 54,3 persen dari masyarakat berpandangan agama dan politik tak bisa dipisahkan. Sementara pasangan Prabowo-Sandiaga hanya 32,4 persen. Keunggulan pasangan pejawat juga terjadi di kalangan masyarakat yang berpandangan agama harus terpisah dari politik, dengan presentasi 60,5 persen berbanding 28,7 persen.

Rully melanjutkan, pada kategori tipe ideal negara, 75,7 persen pemilih Muslim menghendaki Indonesia harus khas Pancasila. Di kalangan ini, Jokowi-Ma'ruf unggul dengan angka 54,2 persen, sementara Prabowo-Sandiaga hanya 30,4 persen.

Begitu juga pada masyarakat yang menginginkan Indonesia menjadi seperti Timur Tengah, Jokowi-Ma'ruf meraih 43,5 persen elektabilitas, sedangkan Prabowo-Sandiaga meraih 38,8 persen.

Keunggulan telak Jokowi-Ma'ruf berlanjut di kalangan masyarakat yang ingin Indonesia seperti negara barat yang memiliki populasi 2,5 persen. Prabowo-Sandiaga hanya mampu meraih elektabilitas 16 persen, sementara pasangan pejawat mampu meraih elektabilitas 48 persen.

Keunggulan Jokowi-Ma'ruf juga berlanjut pada kategori masyarakat beedasarkan frekunsi salat dan membaca Alquran. Pada kategori masyarakat yang menentukan pilihan berdasarkan ulama yang didengar, elektabilitas Prabowo-Sandiaga juga tak bisa mengalahkan pasangan pejawat.

Jokowi-Ma'ruf berhasil unggul di lima ulama, seperti ustaz Yusuf Mansur, kiai Ma'ruf, kiai Said Aqil Sirodj, Din Syamsuddin, dan Tuan Guru Bajang. Sementara pasangan Prabowo-Sandiaga hanya memeroleh mayoritas dukungan dari ustaz Abdul Somad, habib Rizieq Shihab, dan Amien Rais.

"Pendukung ustaz Abdul Somad ke Prabowo karena sempat digadang-gadang akan jadi cawapresnya," ujar Rully.

Ia menyimpulkan, Dari enam kategori enam kategori, mayoritas mendukung Jokowi. Menurut dia, salah satu alasan pemilih Muslim mendukung Jokowi adalah sosok kiai Ma'rut. "Ada keterwakilan umat dengab  terpiluhnya Ma'ruf Amin sebagai cawapres," kata dia.

Survei LSI dilakukan menggunakan metode multiatage random sampling yang dilakukan pada 12-19 Agustus 2018. Survei ini melibatkan 1.200 responden melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Selain itu, survei juga dilengkapi dengan focus group discussion (FGD), analisis media, dan interviu mendalam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement