Sabtu 25 Aug 2018 09:46 WIB

Rini Harapkan Keterlibatan BUMN Lain dalam Listriki Papua

Elektrifikasi di Papua baru 50 persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M. Soemarno dalam peresmian 16 proyek strategis nasional (PSN) Kawasan Timur Indonesia di Jayapura, Papua, Jumat (24/8). Seluruh proyek ini menyerap anggaran hingga Rp 2,153 triliun.
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M. Soemarno dalam peresmian 16 proyek strategis nasional (PSN) Kawasan Timur Indonesia di Jayapura, Papua, Jumat (24/8). Seluruh proyek ini menyerap anggaran hingga Rp 2,153 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengharapkan keterlibatan perusahaan BUMN selain PLN dalam merealisasikan program Papua Terang. Sebab, sampai saat ini, Papua masih menjadi salah satu kawasan dengan rasio elektrifikasi rendah, yakni sekitar 50 persen.

Rini mengatakan, biaya untuk memberikan akses listrik ke masyarakat Papua memang terbilang mahal. Banyak faktor penyebabnya, seperti geografis daerah yang menantang untuk dilalui sehingga menyulitkan saat membawa alat berat. "Jadi, yang kita lakukan dengan membuat sponsorship atau CSR dengan perusahaan-perusahaan BUMN lain supaya ini bisa dilakukan secepatnya," ujarnya dalam acara peresmian gardu induk dan transmisi 150 kV di Jayapura, Papua, Jumat (24/8).

Rini menambahkan, tantangan besar dalam memberikan akses listrik ke Papua adalah lokasi desa yang terlalu jauh dengan jaringan listrik PLN terdekat. Dampaknya, untuk menyambung kabel transmisi itu sulit dilakukan karena biaya yang terlampau mahal.

Baca juga, Menteri BUMN Resmikan Tiga Infrastruktur Kelistrikan Papua

Untuk mengatasi permasalahan ini, perlu dilakukan survei guna menentukan kebutuhan tipe mesin yang dibutuhkan di sana. Selain itu, harus dicari lagi bahan alternatif agar tidak tergantung dengan bahan bakar minyak. Survei ini telah dilakukan dalam Ekspedisi Papua Terang yang turut melibatkan 500 mahasiswa dari lima universitas dan relawan PLN. 

Ada beberapa solusi yang sudah disiapkan Rini di antaranya panel surya. Solusi ini terbilang mudah karena di seluruh titik pasti dapat matahari. "Untuk solusi permanen adalah biomassa, hydro power, ataupun angin," ujarnya. 

Baca juga, PLN: Papua Masih Gunakan Solar untuk Listrik

Menurut Rini, permasalahan listrik sudah sepatutnya menjadi prioritas untuk masyarakat Papua. Sebab, jaringan kelistrikan ini merupakan faktor utama untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Dengan listrik, anak-anak dapat membaca dengan tenang dan masyarakat bisa menjalankan usahanya secara maksimal. 

Rini memprediksi, apabila negara hanya menunggu anggaran dan gerakan dari PLN semata, jaringan listrik di desa-desa Papua baru bisa diberikan pada tahun depan. Sedangkan, setidaknya, 1.300 desa tercatat belum mendapatkan akses listrik. 

"Saya melihat, keadaannya mereka membutuhkan (listrik) dengan cepat. Jadi saya katakan, sudahlah kita BUMN barengan bersinergi untuk bisa lebih cepat menerangi desa-desa yang sudah didatangi Tim Ekspedisi Papua Terang," tutur Rini.

Rini memperkirakan, solusi untuk akses listrik di Papua sudah bisa ada dalam kurun waktu dua bulan yang dibantu hasil dari Ekspedisi Papua Terang. Rini berjanji akan kembali lagi ke Papua saat pemasangan listrik pertama dan kedua.

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement