REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Gubernur Gorontalo Rusli Habibie meminta kalangan santri dan pesantren menjadi benteng penjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari rongrongan ideologi dan paham radikalisme. Menurutnya santri harus mampu menyampaikan syiar agama Islam yang rahmatan lil alamin atau rahmat bagi semesta.
"Anak-anak pesantren tidak boleh ikut paham-paham radikal. Paham yang ingin mengganti ideologi Pancasila dan ingin merusak NKRI. Tugas kalian belajar dan kaji Alquran dan Hadits secara baik dan benar untuk menjadi syiar bagi masyarakat lainnya," katanya saat memberikan pengarahan kepada para santri yang mengikuti Liga Santri Nusantara (LSN) wilayah Sulawesi I di lapangan sepak bola Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo, Ahad (26/8).
Ia menjelaskan, sejarah pesantren sejak zaman perjuangan sudah berperan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan, para kiai dan santri di kalangan Nahdlatul Ulama menjadi garda terdepan dalam menjaga kemajemukan Indonesia.
"Oleh karena itu, santri saat ini harus mampu meneruskan perjuangan para pendahulu untuk merawat keberagamaan Indonesia yang aman, damai dan tentram," imbuhnya.
Sebagai daerah yang berpenduduk mayoritas muslim, Provinsi Gorontalo memiliki cukup banyak pesantren. Data Kemenag Provinsi Gorontalo menyebutkan hingga 2015 ada 25 pondok pesantren di Gorontalo yang tersebar di lima kabupaten dan satu kota.
Provinsi Gorontalo menjadi tuan rumah Liga Santri Nusantara (LSN) untuk kawasan Sulawesi I meliputi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo. "Pelaksanaan Liga Santri Nusantara ini sudah yang ketiga kalinya digelar sejak 2016. Ini juga ketiga kalinya dilaksanakan di Gorontalo," kata Koordinator LSN wilayah Sulawesi I, Adnan.
Lebih lanjut Adnan menjelaskan, antusias santri untuk mengikuti LSN setiap tahun semakin meningkat. Pada 2016 hanya diikuti oleh 21 pesantren, pada 2017 naik menjadi 25 pesantren. Pada 2018 sebanyak 49 pesantren mendaftar untuk mengikuti liga tersebut.