Senin 27 Aug 2018 15:48 WIB

Jokowi: Masalah Defisit Transaksi Berjalan Selesai Setahun

Pemerintah akan fokus memperbaiki defisit transaksi berjalan.

Red: Nur Aini
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan sebelum membuka Kongres ISNU di Istana Negara, Jakarta, Jumat (24/8).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan sebelum membuka Kongres ISNU di Istana Negara, Jakarta, Jumat (24/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menyatakan keyakinannya bahwa masalah defisit transaksi berjalan dapat diselesaikan dalam waktu setahun ke depan.

"Saya kira kita bisa menyelesaikan, saya yakin (masalah defisit transaksi berjalan) dalam setahun bisa kita selesaikan," kata Presiden Jokowi dalam pertemuan dengan pengurus dan anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Istana Merdeka Jakarta, Senin (27/8). 

Menurut data Bank Indonesia, defisit transaksi berjalan pada kuartal II 2018, mencapai 3 persen atau sebesar 8 miliar dolar AS. Defisit tersebut lebih besar dari periode yang sama tahun sebelumnya 1,96 persen. Defisit tersebut juga lebih tinggi dari kuartal I 2018 sebesar 2,6 persen.

Kepala Negara menyebutkan masalah terbesar perekonomian Indonesia saat ini masih defisit transaksi berjalan. "Ini defisit yang lama sekali tidak diperbaiki, saya kira kita akan fokus ke sana, terutama di neraca perdagangan dan kedua di keseimbangan primer," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Ia menyebutkan saat ini belum banyak yang dilakukan untuk mengatasi masalah defisit transaksi berjalan. "Misalnya kemarin kami hitung untuk penggunaan B20 atau biodiesel, itu kalau bisa berjalan karena harga BBM naik, kita dapat 6 miliar dolar AS dan dari volume naik dapat 5 miliar dolar AS, dari satu hal ini saja kita sudah dapat 11 miliar dolar AS, hal seperti ini yang tidak pernah kita hitung secara detil," katanya.

Hal itu, kata dia, juga terjadi pada sektor pariwisata. Saat konsentrasi ke pariwisata dilakukan, kunjungan 17 juta wisata mancanegara bisa dicapai pada akhir 2018.

"Thailand bisa 34 juta, saya kira kita bisa samai Thailand, paling tidak produk harus lebih detail, kemasan diperbaiki, ini pekerjaan kita bersama baik di Kadin daerah maupun pusat," katanya.

Menurut dia, masih banyak yang harus diperbaiki tetapi intinya pemerintah ingin tidak melulu konsentrasi pada pertumbuhan ekonomi tapi juga pada kualitas pertumbuhan ekonomi itu sendiri.  Pada awal sambutannya Presiden mengatakan bahwa ketidakpastian kondisi perekomian dunia makin besar. Kalau sebelumnya orang takut pada perang dagang AS-Cina, sekarang tambah lagi dengan urusan Turki.

"Saya tidak tahu akan ada ketidakpastian apa lagi, saya kira perekonomian dunia semakin tidak menentu dan terakhir ketika saya ketemu Presiden Bank Dunia, Kim, saya tanya bagaimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun perekonomian global," katanya.

Bank Dunia, kata dia, secara umum tidak punya saran dan sulit diprediksi. "Ya artinya menurut saya, internal kita sendiri yang harus diperbaiki," kata Presiden Jokowi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement