Senin 27 Aug 2018 19:01 WIB
Gelar Kongres Pertama

Baladesa Targetkan Indonesia Daulat Pangan

Ketahanan pangan akan menjadi alat pemersatu bangsa.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Balad Urang Desa (Baladesa) mengelar kongres I dengan tema “ Jangan Biarkan Masyarakat Desa Berjuang Sendiri” di Bandung, Ahad petang (26/8). Organisasi yang anggotanya puluhan ribu petani itu, menargetkan bisa berkontribusi dalam kedaulatan pangan.
Foto: arie lukihardianti
Balad Urang Desa (Baladesa) mengelar kongres I dengan tema “ Jangan Biarkan Masyarakat Desa Berjuang Sendiri” di Bandung, Ahad petang (26/8). Organisasi yang anggotanya puluhan ribu petani itu, menargetkan bisa berkontribusi dalam kedaulatan pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Balad Urang Desa (Baladesa) mengelar kongres I dengan tema “ Jangan Biarkan Masyarakat Desa Berjuang Sendiri” di Bandung, Ahad petang (26/8). Menurut Inisiator Baladesa, Kurnia Fajar, Baladesa merupakan organisasi yang bersifat independen tidak berafiliasi kepartai politik. 

"Baladesa hadir, untuk menjembatani masyarakat desa. Cita-citanya sederhana untuk mengurangi impor pangan," ujar Kurnia dalam siaran persnya, Senin (27/8).

Menurut Kurnia, bahkan ke depan Baladesa akan berupaya untuk tidak impor suatu hari nanti atau merubah impor pangan daging sapi. Saat ini, potensi anggota Baladesa sekitar 30 ribu orang yang merupakan kelompok tani. 

"Ini menjadi keyakinan kami di Baladesa untuk tumbuh dan berkembang serta mampu membantu pemerintah dalam hal ini untuk menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat pedesaan," katanya. 

Karena, kata dia, kualitas lingkungan pedesaan saat ini sangat menurun. Yakni, bukan hanya isu lingkungan semata, tapi juga isu pangan dan kesejahteraaan, karena desa sebagai lembaga otonom yang ada sejak zaman dahulu.

Baladesa, kata dia, merupakan sebuah gerakan atau organisasi yang ingin membuktikan bahwa untuk menciptakan kedaulatan bangsa harus dimulai dari kedaulatan pangan. Karena, hampir 70 persen sampai 80 persen pangan diproduksi dipedesaan. 

Kurnia menilai, ketahanan pangan akan menjadi alat pemersatu bangsa. Ia, ingin menghadirkan  keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat desa. Karena masyarakat perkotaan itu sudah tumbuh ekonominya, bahkan indikator pertumbuhan ekonomi diukur dari masyarakat perkotaan. 

“Namun, selama ini masyarakat desa itu banyak termarjinalkan atau tersisihkan, karena tidak adanya instrumen yang berkeadilan bagi mereka sehingga Baladesa hadir," katanya.

Melalui organisasi ini, kata dia, Baladesa akan mengadvokasi masyarakat desa dengan misi jangan sampai masyarakat desa berjuangan sendiri. "Baladesa bercita-cita ingin mewujudkan masyarakat desa sejahtera,”katanya.

Kurnia menjelaskan, Indonesia saat ini 70 persen impor pangan. Ia mencontohkan, seperti produksi susu nasional, pada 2010 produksinya mencapai 2,5 juta ton, namun pada 2017 produksinya hanya mencapai 1,2 juta ton, ada penurunan sampai 1,3 juta ton. Sehingga, mengindikasikan jadi petani susu itu tidak menguntungkan. Karena, setiap petani dari satu ekor hanya  mendapatkan keuntungan atau penghasilan sekira Rp 600 ribu perbulan tentu ini tidak menguntungkan bagi petani. 

"Akhirnya para petani banyak yang meninggalkan profesi ini.  Bila dilihat dari perbandingan gaji buruh ajah sekarang sudah mencapai Rp 3,1 juta perbulan," katanya.

Saat ini, kata dia, susu itu produksinya rendah, karena pakannya yang sangat mahal. Indonesia sebetulnya bisa menciptakan pakan yang murah. Namun, harus membuat farming yang masal dan hebat, untuk membuat farming diperlukan bantuan pembiayaan atau permodalan dari perbankan. 

Hanya saja, perbankan tidak ada yang mau untuk membiayai permodalan seperti ini, sehingga sampai kapan pun masyarakat pedesaan akan tetap seperti ini berjuang sendiri dan tersisihkan. “Sebetulnya ada solusi alternative melalui tanaman Indigovera yang merupakan pakan yang baik," katanya. 

Dengan tanaman indigovera, kata dia, susu menjadi produktif, hasil susunya bagus harga pangan murah dengan tanaman indigovera. Hasilnya ini sudah di uji dan terbukti skala laboratorium, setiap petani dapat menghasilan Rp 2,4 juta perbulan persatu ekor sapi. Artinya dengan hadirnya indogovera ini bisa menghadirkan kesejahteraan bagi petani. 

Namun, untuk membangun industri indigovera tidak bisa satu hektare atau dua hektare tapi memerlukan lahan ribuan hektar. "Siapa yang bisa menghadirkan itu, negara apa negara mau tidak karena negara juga ada keterbatasan. Korporasi didorong melalui perusahaan BUMN dan BUMD tidak bisa, karena tidak dapat pembiayaan dari perbankan karena perbankan tidak mau membiayai satu proyek yang sifatnya pionering,” katanya.

Baladesa merupakan sebuah organisasi independen yang tidak terikat oleh kepentingan politik manapun yang berdiri pada 12 Agustus 2018. Dengan Visinya ingin mencapai kedaulatan pangan untuk kemandirian dan kedaulatan bangsa sehingga bisa terwujud persatuan bangsa. Misinya mencapai keadilan dan kesejahteraan untuk petani dan nelayan serta advokasi bagi petani, nelayan, buruh tani dan buruh nelayan. Kongres Baladesa di buka oleh Wakil Wali Kota Bandung, Oded M Danial atau Mang Oded. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement