REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon wakil presiden (bacawapres) Sandiaga Salahuddin Uno menginginkan pemilihan presiden (pilpres) yang sejuk, damai, menjunjung tinggi martabat serta menghargai perbedaan pilihan. Hal tersebut terkait dengan adanya penolakan segelintir orang di beberapa wilayah untuk deklarasi #2019gantipresiden.

"Menghargai juga keluhuran dari nilai-nilai yang kita miliki dalam keberagaman Bhineka Tunggal Ika. Jadi kita ingin semuanya sejuk dan kita ingin memberikan ruang, kalau memang 'nggak boleh yah ngapain berdemokrasi'," kata Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (28/8).

Sandiaga sudah menyatakan pihaknya sudah komitmennya untuk menjunjung tinggi demokrasi.  "Sekarang bagaimana membuat satu prosesi pilpres yang sejuk, damai, koordinasi dengan pihak aparat supaya tidak ada gesekan di bawah," ujarnya.

"Masyarakat sama-sama menangkap bahwa ini adalah pesta demokrasi bukan perang demokrasi, tapi pesta demokrasi yang perlu kita selebrasi untuk menghasilkan nanti pilihan yang terbaik di 2019," kata Sandiaga melanjutkan.

Sementara itu, adanya pihak-pihak yang keberatan terhadap perlakuan aparat yang dinggap kurang, Sandiaga tidak mengomentari. Sandi mengatakan tidak mau memperuncong perdebatan.

"Tapi menurut saya kita harus bijak. Kalo memang legal dan konstitusional dan demokratis yah tentunya harus diberi ruang, tapi kalau misalnya menimbulkan perdebatan di akar rumput dan memicu pertikaian yah kita duduklah sama-sama kita cari solusinya seperti apa," ujarnya lagi.

Mengenai adanya pernyataan bahwa #2019gantipresiden dikaitkan dengan dirinya, Sandiaga membantah karena sebelum mendampingi Prabowo, aksi #2019gantipresiden sudah muncul.

Ikuti Whatsapp Channel Republika