REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pembatalan kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo ke Korea Utara (Korut) dilakukan setelah AS menerima surat bernada permusuhan dari pejabat senior Korut.
Washington Post melaporkan pada Senin (27/8) bahwa surat itu diterima AS hanya beberapa jam setelah rencana kunjungan Pompeo diumumkan pekan lalu.
The Post mengutip dua pejabat senior pemerintahan AS yang mengatakan surat itu berasal dari Kim Yong-chol, wakil ketua Komite Pusat Partai Buruh yang berkuasa di Korut. Ia memimpin putaran pembicaraan sebelumnya dengan Pompeo.
Surat kabar itu mengatakan isi pesan yang sebenarnya tidak begitu jelas. Namun hal itu dinilai cukup membuat Trump dan Pompeo memutuskan untuk membatalkan kunjungannya.
Kunjungan Pompeo ke Korut dijadwalkan berlangsung pekan ini. Pompeo bermaksud untuk memperkenalkan utusan khusus yang baru bernama, Stephen Biegun, kepada Korut.
Gedung Putih telah meminta konfirmasi kepada Departemen Luar Negeri AS terkait laporan Washington Post. Namun Deplu AS belum menanggapi permintaan untuk komentar.
Saat membatalkan kunjungan Pompeo, Trump secara terbuka mengakui bahwa usahanya dalam meminta Korut melakukan denuklirisasi terhenti sejak KTT 12 Juni dengan pemimpin Korut, Kim Jong-un. Pada Ahad, media pemerintah Korut menuduh AS melakukan "kesepakatan ganda" dan "merencanakan plot kriminal" terhadap Korut. Tetapi media itu tidak menyebutkan pembatalan kunjungan oleh Pompeo.
Pejabat intelijen dan pertahanan AS telah berulang kali menyatakan keraguan tentang kesediaan Korut menyerahkan senjata nuklirnya. Mereka tidak mengharapkan perjalanan Pompeo menghasilkan hasil yang positif.