REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Corporate Secretary PT Panorama Sentrawisata Karsono Probosetio mengatakan, mengembangkan industri wisata halal tidaklah mudah. Berbicara pariwisata tidak sekadar berbicara satu tempat dan satu karakter pasar saja. Dunia pariwisata terdiri dari berbagai macam tempat dengan target pasar yang luas dan beragam.
Karsono menjelaskan, pencapaian industri wisata saat ini hanya bisa sampai kategori Muslim friendly atau ramah Muslim. Untuk menuju benar-benar halal, harus dibutuhkan sertifikasi dari lembaga terkait dan terpercaya seperti Majelis Ulama Indonesia.
"Untuk mencapainya tidak mudah, agak sulit," ujarnya saat ditemui Republika.co.id di Kantor Bursa Efek Indonesia, Selasa (28/8).
Karsono menjelaskan, belum tentu satu tempat mampu memiliki karakter untuk memenuhi persyaratan sebagai tempat wisata halal. Ia memberikan contoh pantai. Industri tidak dapat menghalangi satu orang datang dan berbuat berbeda dari yang dianjurkan dari persyaratan wisata halal di sana.
Meski industri bisa membuat anjuran, tapi kembali lagi ke individu konsumen. Terlebih, untuk masyarakat Eropa yang masih menjadi pangsa pasar internasional dari Panorama. Berbeda halnya dengan pasar domestik yang masih memungkinkan menerima kriteria wisata halal dikarenakan Indonesia didominasi Muslim.
Karsono tak menampik, potensi wisata halal Indonesia terbilang besar. Minat dari tahun ke tahun terus mengalami pertambahan, terutama dari domestik.
"Untuk wisman (wisatawan mancanegara) masih sulit. Balik lagi, karena sebagian besar market kita Eropa, jadi beda perlakuan. Kita coba mengikuti permintaan klien," ujarnya.
Panorama sendiri melalui unit usaha kami menawarkan paket-paket wisata muslim friendly. Tanpa menyebutkan nominal secara pasti, Karsono menuturkan kisaran biaya akan tergantung destinasi yang dituju.