Rabu 29 Aug 2018 17:42 WIB

AS Abaikan Laporan Aliansi Saudi Serang Warga Sipil di Yaman

PBB melaporkan aliansi Saudi dan UEA melakukan kejahatan perang di Yaman.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
Kondisi wilayah di Sanaa, Yaman, akibat perang antara milisi Houthi dan pendukung Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Foto: Reuters
Kondisi wilayah di Sanaa, Yaman, akibat perang antara milisi Houthi dan pendukung Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengaku akan terus memberikan dukungan terhadap aliansi Arab Saudi-Uni Emirat Arab (UEA) yang menyerang Yaman. Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan, hal itu akan tetap dilakukan sambil berusaha mengurangi jumlah korban warga sipil di negara perang tersebut.

"Kami menyadari kesalahan seperti ini memang tragis dari berbagai sisi, tapi kami belum melihat adanya ketidakpedulian yang tidak berperasaan oleh orang-orang yang bekerja sama dengan kami, sehingga kami akan terus bekerja dengan mereka," kata Jim Mattis seperti mengutip Aljazirah, Rabu (29/8).

Komentar Mattis keluar tidak lama setelah tudingan yang dilontarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kepada aliansi Arab Saudi dan UEA. Organisasi negara dunia itu mengatakan aliansi tersebut telah melakukan kejahatan perang di Yaman. Operasi militer yang dilakukan aliansi dinilai minim percobaan untuk meminimalisasi korban warga sipil.

Jim Mattis mengatakan, AS akan bekerja sama dengan Saudi Arabia dan UEA untuk meningkatkan akurasi dari serangan udara yang dilakukan agar koban warga sipil terus berkurang. Di saat yang bersamaan, AS juga akan terus mengevaluasi dukungan mereka kepada aliansi itu.

"Sikap kami di sana adalah mencoba untuk menjaga seminim mungkin warga sipil menjadi korban. Tujuan kami adalah untuk mengurangi tragedi ini dan membawanya ke meja perundingan PBB secepat mungkin," kata Mattis.

Sebelumnya, laporan PBB mengatakan, serangan udara yang dilakukan aliansi itu telah menewaskan jumlah korban sipil secara langsung dan paling banyak dalam perang. Belum lagi blokade terhadap pelabuhan dan wilayah udara Yaman dinilai telah melanggar hukum humaniter internasional.

Hampir sepertiga dari 16 ribu serangan udara yang diluncurkan di Yaman menghantam fasilitas non-militer. Serangan itu telah membidik aula dan rumah sakit, falisitas air, pembangkit listrik, serta membunuh dan melukai ribuan warga lainnya.

Lembaga kemanusiaan Save the Children memperkirakan rata-rata 130 anak tewas setiap hari akibat kelaparan ekstrem dan wabah penyakit. Kedua penyebab kematian itu terjadi menyusul perang yang terjadi antara aliansi dan oposisi Houti sejak Maret 2015 lalu.

Berdasarkan data PBB, sedikitnya 10 ribu warga telah terbunuh sejak dimulainya konflik di Yaman. Meski demikian, banyak pihak yang memprediksi jika angka kematian itu lebih daripada yang dilaporkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement