REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Perdana Menteri baru Australia Scott Morrison akan mengunjungi Jakarta pada Jumat (31/8), yang merupakan kunjungan luar negeri pertamanya sebagai kepala pemerintahan. Dia meneruskan semacam "tradisi" pemimpin baru negara itu untuk menjadikan Indonesia sebagai tujuan kunjungan pertama.
Perdana Menteri Paul Keating di era 1990-an yang memulai "tradisi" ini. Tapi konteksnya waktu itu, didorong oleh keinginan Australia agar bisa lebih dekat ke Asia. Konon, Paul Keating bahkan menganggap Presiden Suharto sebagai "guru politik" yang amat dihormatinya.
Ada yang menyebut bahwa "tradisi" kunjungan pertama ke Jakarta yang diteruskan oleh PM Kevin Rudd, PM Tony Abbott, PM Malcolm Turnbull dan kali ini PM Scott Morrison, hanya bermakna simbolis. Tapi, setidaknya, di era Paul Keating, maknanya jauh lebih mendalam.
Bahkan, di Istana Negara Jakarta pada Desember 1995, PM Keating dan Presiden Suharto menjadi saksi perjanjian bersejarah kedua negara, Perjanjian Keamanan Australia-Indonesia. Dengan berhasil menggandeng Indonesia yang ketika itu begitu disegani di Asia, PM Keating pun memastikan posisi Australia di kawasan ini.
Menurut penuturan Wakil PM Kim Beazley ketika itu, sebagaimana tercatat dalam Arsip Nasional Australia, PM Keating memang "sangat menghormati Suharto". Keating, kata Beazley, menyukai Suharto dan sebaliknya Suharto pun sangat menyukai Keating.
"Suharto menganggap Keating sebagai anak sendiri dan sangat memproteksinya," demikian kesaksian Kim Beazley.
Belum pernah ada lagi pemimpin kedua negara yang memiliki kedekatan seperti mereka, sejak itu.
Pengganti PM Keating, PM John Howard, tadinya hampir menjadikan Jakarta sebagai tujuan kunjungan pertama. Namun, dia membatalkan rencananya itu pada menit-menit terakhir.
PM Kevin Rudd yang menggantikan PM Howard kemudian meneruskan tradisi itu. Pada 2007 – tak sampai sebulan setelah terpilih sebagai pedana menteri – PM Rudd bertolak ke Indonesia menemui Presiden Yudhoyono.
Dia memang dikenal terobsesi membawa Australia untuk menyatu dengan Asia, menanggalkan orientasi dan fokus negara ini ke Eropa. Selama masa jabatannya, PM Rudd tercatat berkunjung ke Indonesia sebanyak 10 kali. Hal itu termasuk di periode kedua pada 2013 ketika dia menggantikan kembali PM Julia Gillard.
Di era PM Rudd, sektor pendidikan dan penelitian mendapat penekanan penting. Disebutkan bahwa lebih 100 ribu orang Indonesia telah menamatkan pendidikan tinggi di Australia.
PM Rudd diganti oleh PM Gillard setelah terjadi perseteruan kepemimpinan dalam partai mereka, Partai Buruh. PM Gillard tidak menjadikan Jakarta sebagai tujuan kunjungan pertamanya ke luar negeri.
Bahkan kepada ABC pada 2010, dia mengaku lebih memilih untuk mengunjungi sekolah-sekolah di Australia daripada bertemu dengan para pemimpin dunia di forum internasional. "Saya akan sangat terbuka dalam soal ini. Kebijakan luar negeri bukanlah minat saya," katanya ketika itu.
Tony Abbott yang terpilih menjadi PM baru dari Partai Liberal, justru mengembalikan "tradisi" kunjungan pertama ke Jakarta pada September 2013.
PM Abbott bahkan membawa serta rombongan pengusaha dalam jumlah besar. "Delegasi ini mengirim pesan jelas, bahwa pemerintah dan pengusaha Australia bermaksud meningkatkan hubungan ekonomi antara kedua negara," katanya.
Bahkan, PM Abbott menghendaki agar seluruh perdana menteri Australia berikutnya, menjadikan kunjungan luar negeri pertama ke Indonesia sebagai "tradisi". Hal itu, menurut PM Abbott, untuk menggarisbawahi betapa pentingnya posisi Indonesia bagi masa depan Australia sendiri.
"Pemerintahan saya akan menerapkan kebijakan luar negeri yang lebih berorientasi Jakarta daripada Jenewa," ujar PM Abbott ketika itu.
Pada November 2015, Malcolm Turnbull yang menggantikan Tony Abbott sebagai perdana menteri karena perseteruan internal partai mereka, Partai Liberal, juga meneruskan tradisi ini. Meskipun saat itu hanya sekitar 10 jam berada di Jakarta, tetapi PM Turnbull menyatakan sangat terkesan dengan kehangatan tuan rumah.
Kali ini, Scott Morrison, perdana menteri baru yang juga terpilih akibat perseteruan internal Partai Liberal, kembali menjadikan Jakarta sebagai tujuan pertama. Tampaknya, seluruh delegasi perdana menteri Australia, baik yang dulu maupun yang sekarang, menyadari bahwa sebenarnya Indonesia itu lebih penting bagi Australia dibandingkan sebaliknya.
PM Morrison sendiri mengakui, kunjungan kenegaraan yang memilih Indonesia sebagai tujuan pertama, adalah penggambaran mengenai pentingnya hubungan kedua negara bagi pemerintahannya. "Australia dan Indonesia berbagi hubungan geografis dan historis yang dalam, hubungan kontemporer yang hidup dan visi keamanan dan kesejahteraan kawasan," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima ABC.
Dalam kata-kata PM Paul Keating, "tidak ada negara yang lebih penting kedudukannya bagi Australia selain Indonesia". "Wilayah teritorial Australia mungkin terancam secara langsung oleh kekuatan militer hanya dari, atau melalui, Indonesia dan PNG," ujarnya.