REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menjadi negara yang memproduksi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Direktur Panas Bumi Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Ida Nuryatin Finahari bahkan mengatakan Indonesia berpeluang besar untuk mengungguli Amerika Serikat dalam hal produksi PLTPB pada 2023 apabila mampu meningkatkan kapasitas terpasang PLTPB yang saat ini masih berada dibawah 2 GW. Pada 2017 kapsaitas pemanfaatan panas bumi masih 1,8 GW sementara pada tahun ini Ida menargetkan pada tahun ini terjadi tambahan kapasitas hingga 2,2 GW.
“Target untuk gheotermal itu 7,2 GW, installed capacity kita belum ada 2 GW untuk saat ini. Kemudian kita punya resource (potensi gheotermal) 28,5 GW. Tahun ini target kita diharapkan ada tambahan kapasitas totalnya 2,2 GW, sekarang kan belum sampai,” tutur Ida pada Kamis (30/8).
Lebih lanjut Ida menjelaskan saat ini Indonesia mempunyai 65 area panas bumi di berbagai wilayah dengan 10 area yang diberikan kepada badan usaha untuk Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE).
Dilain sisi, jelas dia melalui pemanfaatan panas bumi juga turut menyumbang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Hingga Juni 2018 sumbangsih pemanfaatan panas bumi terhadap PNBP sebanyak Rp 661 miliar.
Ditargetkan hingga akhir tahun ini sumbangsih sektor panas bumi untuk PNBP bisa mencapai Rp 700 miliar. PLTPB jelas Ida juga turut memberikan benefit pada Pemerintah Daerah yang mempunyai wilayah kerja panas bumi yakni bonus produksi.
“Kita berharap ini berjalan mulus, terus on the track hingga di 2023 kita bisa menyalip Amerika,” katanya.