REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis, implementasi industri 4.0 mampu meningkatkan ekspor makanan dan minuman olahan nasional hingga empat kali lipat. Target tahun ini adalah 12,65 miliar dolar AS dan diprediksi dapat menjadi sebesar 50 miliar dolar AS pada 2025. Melihat potensi ini, Kemenperin telah menyiapkan tahapan strategi guna mencapai sasaran tersebut sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemenperin Abdul Rochim menjelaskan, dalam roadmap, sudah ditetapkan bahwa industri makanan dan minuman merupakan satu dari lima sektor manufaktur prioritas. "Kita sudah siap dan tengah diprioritaskan pengembangannya untuk menjadi pionir memasuki era revolusi industri 4.0 di Tanah Air," katanya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (31/8).
Rochim menyebutkan, pihaknya sedang menyusun rencana aksi dan rancangan insentif teknologi terkait implementasi industri 4.0 untuk produsen makanan dan minuman olahan dalam negeri. Tahun depan, mereka akan melaksanakan kegiatan pelatihan ekspor, temu bisnis dan promosi investasi bagi industri agro.
Sementara itu, pada periode tahun 2019-2020, Kemenperin juga sudah menetapkan rencana yang sejalan. Di antaranya, melakukan perbaikan alur aliran material, menetapkan pilot project, dan memfasilitasi bantuan cyber-physical systems dalam rangka penerapan industri 4.0 di sektor penghasil produk makanan dan minuman olahan.
Dengan rencana jalan tersebut, Rochim berharap, implementasi industri 4.0 dapat mengurangi ketergantungan impor produk pertanian serta produk makanan dan minuman olahan pada 2021. "Misalnya, beras, ayam, gula, makanan laut olahan, cokelat, tepung kanji, serta buah dan sayur olahan," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri makanan dan minuman konsisten memberikan kontribusi yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi nasional. Kemenperin mencatat, industri makanan dan minuman mampu tumbuh hingga 8,67 persen pada triwulan II tahun 2018. Kinerja ini melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. Industri ini juga memberikan kontribusi besar terhadap nilai investasi sepanjang semester I tahun 2018, yakni menyumbang sebesar 47,50 persen atau senilai Rp 21,9 triliun untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN). Sedangkan, untuk penanaman modal asing (PMA), industri makanan menyetor 10,41 persen (586 juta dolar AS).