REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jutaan orang Indonesia, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil masih hidup di bawah garis kemiskinan. Hal itu juga membawa masalah serius lainnya, seperti masalah kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan.
Untuk membantu meningkatkan standar hidup masyarakat lokal, khususnya anak-anak Deloitte Indonesia melalui program tahunan bernama Impact Day 2018 bersama-sama menggalang dana untuk mendukung masyarakat di Lombok dan Agats, Papua yang kurang mampu, dan menyerahkan donasi yang terkumpul pada Jumat (24/8) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
"Kami selalu berkomitmen dalam membuat perubahan secara positif khususnya terhadap masyarakat sekitar kami. Nilai yang kami angkat di “Impact Day 2018” adalah untuk membantu mereka yang kurang beruntung sekaligus memotivasi mereka untukmeningkatkan standar hidupnya," ungkap Country Leader Deloitte Indonesia, Claudia Lauw Lie Hoeng, Jumat.
Diselenggarakan untuk ketujuh kalinya, Impact Day sebagai program CSR tahunan di bawah naungan Deloitte Spreading Hope in the Nation by Embracing Society (SHINES) adalah salah satu bentuk kepedulian Deloitte untuk masyarakat yang kurang mampu. Pada Impact Day tahun ini, karyawan Deloitte secara kolektif menggalang dana untuk memberikan bantuan yang berdampak langsung bagi anak-anak dan masyarakat di Lombok dan Agats, Papua agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak.
Pendiri Fiona Unity Foundation, Fiona Forrest, mengungkapkan, kami sangat berterima kasih kepada Deloitte atas dukungan mereka kepada Fiona Unity Foundation. "Semua dukungan yang diberikan untuk Fiona Unity Foundation berkontribusi pada pembangunan pusat kegiatan untuk membantu para Lombok’s Forgotten Children dan meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya kesehatan, kemiskinan, dan kelaparan di Indonesia," katanya.
Elly Slamet, salah satu perwakilan sukarelawan Yayasan Mitra Surya Mandiri, organisasi amal yang fokus memberikan bantuan kepada daerah-daerah kumuh di Papua mengatakan, kondisi desa Asmat sangat memprihatinkan. "Hampir tidak ada jalur darat dan mereka tidak memiliki akses ke air bersih, keterbatasan listrik, dan adanya krisis kesehatan," ungkapnya.